Tiga Ribu Hektare Lahan Pertanian di Sikka Gagal Panen

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

MAUMERE – Dari data kerusakan jagung akibat serangan hama Ulat Grayak dan kekeringan di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukan bahwa pada musim tanam 2019/2020 luas areal usaha petani tanaman pangan sebanyak 14.790 hektare.

Dari luas lahan tersebut, yang mengalami puso atau gagal panen pada tahun 2020 sebanyak 3.231,5 hektare yang tersebar di 12 kecamatan dan yang mengalami kerusakan ringan terdapat 1028 hektare yang tersebar di 21 kecamatan.

“Dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Sikka, yang mengalami dampak paling besar adalah Kecamatan Kangae dengan luas gagal panen sebanyak 1.64,5 hektare,” kata Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM) Kabupaten Sikka, NTT, Carolus Winfridus Keupung, Senin (21/9/2020).

Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM) Kabupaten Sikka, NTT, Carolus Winfridus Keupung, saat ditemui di kantornya, Senin (21/9/2020). Foto: Ebed de Rosary

Win sapaannya mengatakan, kecamatan yang paling sedikit mengalami kerusakan yakni Kecamatan Nelle sebanyak 7 hektare saja.

Ia sebutkan, Kecamatan Magepanda dengan luas tanam jagung 740 hektare, yang mengalami rusak ringan 47 hektare, gagal panen 41 hektare dan yang tidak berdampak ada 652 hektare.

Data ini kata dia, kalau dianalisis secara makro maka Kecamatan Magepanda praktis tidak mengalami rawan pangan namun kalau melakukan kajian dan analisa rumah tangga petani, maka akan mendapatkan kondisi riil yang terjadi, yakni kekurangan dan kehabisan bahan pangan.

“Harus diingat bahwa setiap rumah tangga memiliki ketahanan pangan yang berbeda,” jelasnya.

Lihat juga...