Setengah Kebenaran

CERPEN S. PRASETYO UTOMO

Tak terduga sama sekali, Dewi Laksmi kedatangan ayah-ibu mertuanya serta Mak Yah. Wisnu tak pernah membicakan kedatangan mereka sebelumnya.

“Kau tahu, Mak Yah ini hidup bersama kami, sejak aku mengandung Wisnu,” kata ibu mertua saat mereka duduk bersama di ruang tamu.

“Dia tak pernah meninggalkan kami. Dia telah menjadi bagian keluarga kami. Wisnu yang telpon padaku, meminta agar Mak Yah menjagamu. Mulai sekarang Mak Yah akan mengasuh bayimu. Kau tak perlu keluar kerja setelah melahirkan.”

Wajah berkeriput Mak Yah dengan senyumnya, menenteramkan perasaan Dewi Laksmi. Sepasang matanya serupa memancarkan mantera penolak bala.

Meneduhkan. Tetapi pertanyaan yang diam-diam ingin dilontarkannya: dapatkah Mak Yah mengusir mimpi-mimpi buruk dalam tidurnya tiap malam? Mimpi buruk yang silih-berganti, sergap-menyergap dalam tidurnya.

Mimpi yang datang seiring dengan kandungan bayi yang membesar. Mimpi yang tak pernah hadir sebelum ia mengandung.

Hampir tiap malam ia terbangun dari tidur dengan tubuh menggigil, berkeringat: akankah aku menjelma sebagai ibu yang menelantarkan suami dan anak-anak di kemudian hari?
***
MAK YAH menempati kamar belakang, dekat dapur. Perempuan keriput itu sesekali terbangun, menengok ke kamar Dewi Laksmi.

Duduk di tepi ranjang, bila Dewi Laksmi belum terpejam. Tangan perempuan tua yang kukuh itu memijit kaki, tangan, kening, sambil meniupkan doa yang menenteramkan.

Dewi Laksmi mengantuk, tertidur, tanpa disergap mimpi buruk. Ia bangun dalam keadaan tubuh segar. Pagi hari Dewi Laksmi bangun, Mak Yah sudah menyeduh teh hijau, sarapan pun tersedia dia meja. Segelas susu hangat selalu disajikan.

Lihat juga...