Beras Kadaluwarsa & Smart Commodity Dashboard

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 29/08/2025

 

 

Sidak komisi IV DPR RI menemukan dugaan banyak beras kadaluwarsa di berbagai Gudang Bulog. Ketika mengunjungi Bulog Yogyakarta Maret 2025, statemen ketua Komisi IV DPR Titiek Soeharto dikutip banyak media. Menyebut adanya beras stok impor lama. “Infested / berkutu”. “Tidak layak konsumsi”.

Agustus 2025 juga diberitakan beras stok lama bertumpuk di gudang Bulog Bukittinggi. Sumatra Barat. Pemberitaan bulan itu menyebut 100.000 ton beras cadangan di gudang-gudang Bulog (secara nasional) berpotensi turun mutu. Kadaluwarsa. Tidak layak konsumsi.

Tanggal 23 September 2025, Komisi IV DPR sidak Gudang Bulog Tabahawa. Ternate – Maluku Utara. Titiek Soeharto menyebut 1.200 ton beras lama: sejak Mei 2024. Kini warnanya berubah abu-abu. Sidak itu beredar dalam video singkat di berbagai flatform media sosial.

Penelurusan data digital dari berbagai sumber menyebut banyak ragam sebab penumpukan stok beras. Alur masuk (“move in”) lebih tinggi dibandingkan alur keluar (“move out”). Distribusi / “move out” lambat atau tidak optimal. Transisi program Raskin/Rastra ke BPNT. Kualitas gudang menyebabkan beras cepat rusak. Kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras. Manajemen rotasi stok (First In First Out / FIFO) tidak optimal.

 

Beragam sebab kita sederhanakan dalam tiga klasifikasi. Overstocking & Understocking. Belum adanya data real-time terintegrasi dan bisa diakses terbuka semua stakeholder. Lambatnya Deteksi Risiko.

Realitasnya terjadi over-stocking di beberapa Gudang. Sementara di daerah tertentu under-stocking (defisit stok). Gudang over-stock cenderung menyimpan stok lama lebih lama. Mutu beras menurun. Sedangkan under-stocking sering terjadi pada momen puncak permintaan. Stok nasional besar akan tetapi distribusi terlambat pada daerah tertentu. Ketika manajemen rotasi buruk, stok lama “terlupakan”. Menjadi tersisa terlalu lama.

Lihat juga...