Panen Raya Sebabkan Naiknya Upah Buruh Petik Jagung di Lamsel

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Puncak musim panen jagung di wilayah Lampung Selatan, menyebabkan tingginya kebutuhan tenaga kerja atau buruh tebang dan petik jagung. Hal ini mengakibatkan pula naiknya upah biaya buruh.

Parimin, salah satu pemilik lahan jagung seluas dua hektare di Penengahan, menyebut, tenaga kerja yang diperlukan saat panen jagung cukup banyak. Tenaga kerja yang diperlukan berupa buruh tebang, buruh petik serta buruh angkut, buruh perontokan. Ia bahkan harus mendatangkan tenaga kerja dari kecamatan Kalianda dan Sragi.

Parimin menyebut, tenaga kerja tebang batang jagung sebagian besar dilakukan oleh laki-laki, dan buruh petik kerap dilakukan perempuan.

Sumini dan sejumlah ibu rumah tangga memetik jagung di kebun milik salah satu warga Penengahan -Foto: Henk Widi

Menurutnya, dalam sekali tebang dibutuhkan sekitar delapan orang, buruh petik sepuluh orang, buruh angkut sekitar enam orang. Masa panen jagung sudah berlangsung sejak Februari hingga masa puncak panen pada Maret ini.

Saat masa panen berlangsung secara bersamaan, sejumlah buruh petik kerap dibutuhkan. Sebab, lahan pertanian di wilayah Penengahan, umumnya berada di lahan perbukitan, sehingga penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) pemanen jagung (corn harvester) sulit diaplikasikan. Tenaga kerja manual pun menjadi solusi, meski pemilik kebun jagung harus mengeluarkan biaya ekstra.

“Buruh panen yang bekerja untuk memetik jagung kerap masih membantu petani lain yang melakukan proses pemanenan, sehingga pemilik kebun jagung harus rela menunggu giliran,” terang Parimin, saat ditemui Cendana News, Rabu (20/3/2019).

Lihat juga...