Mahakarya Ibu Tien Soeharto dan Yayasan Harapan Kita

OLEH DONNA SITA INDRIA

Ya Allah, setitik…. Alangkah teramat sangat rendah hatinya Ibu Tien Soeharto. Baginya, yang Mahabesar dan tidak terbandingkan hanya satu, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di hadapan Sang Mahapencipta ia merasa hanya mampu membuat setitik saja karya.

Nyatanya, bersama Yayasan Harapan Kita, Ibu Tien Soeharto membuat sederetan mahakarya yang masih sangat diperlukan dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat Indonesia hingga kini, 23 Agustus 2018. Lima puluh tahun setelah Yayasan Harapan Kita didirikan.

Empat tahun setelah percakapan di atas, pada 1979 Yayasan Harapan Kita mendirikan Rumah Sakit Anak dan Bersalin “Harapan Kita”.

Tidak berhenti di situ, Ibu Tien Soeharto dan teman-temannya pengurus yayasan mendirikan lagi Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah “Harapan Kita” pada 1985, disusul pembangunan Perpustakaan Nasional yang megah di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, pada 1989. Begitu pula Anggrek, tanaman eksotis dari hutan hujan Indonesia, dibuatkan taman sendiri untuk pengembangan dan pelestariannya.

Hari-hari bakti pengurus Yayasan Harapan Kita yang terdiri dari para istri menteri dan pejabat tinggi negara yang tergabung dalam RIA Pembangunan, disibukkan bebagai kegiatan sosial seperti pembagian sembako, menyantuni anak-anak cacat dan yatim piatu, juga membantu memenuhi keperluan korban bencana alam. Yang terbesar adalah penanganan korban meletusnya Gunung Galunggung di Tasikmalaya.

Mengelola dua rumah sakit dengan teknologi terbaru, peralatan canggih serta tim dokter yang hebat, paling menyentuh hati Mbak Tutut adalah perhatian Ibundanya terhadap masyarakat miskin.

“Banyak pasien tidak mampu yang dibantu, dibebaskan biaya rumah sakit dan biaya dokternya oleh Ibu. Beliau ikhlas mengganti sendiri semua biaya itu. Dorongan nurani Ibu mendirikan rumah sakit memang untuk menolong orang banyak,” kata Mbak Tutut.

Lihat juga...