Mahakarya Ibu Tien Soeharto dan Yayasan Harapan Kita

OLEH DONNA SITA INDRIA

HANYA beberapa hari setelah peresmian dibukanya Taman Mini Indonesia Indah bagi seluruh bangsa Indonesia yang berlangsung pada 20 Mei 1975, seorang putri berusia 26 tahun bertanya kepada Ibundanya, dari dasar hati, “Alhamdulillah Ibu sudah berhasil mewujudkan gagasan yang hebat ini. Apakah saya juga akan dapat melakukan hal-hal yang luar biasa suatu saat nanti?”

Ketika itu keduanya berada di depan sebuah danau besar. Di sana terbentang replika miniatur Kepulauan Nusantara dari Sabang sampai Merauke, melintang dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote. Inilah inti keberadaan kawasan wisata seluas 150 hektare yang diberi nama Taman Mini Indonesia Indah yang dibangun selama tiga tahun di kawasan Timur Jakarta.

“Di sini negara Indonesia yang besar ditampilkan dalam bentuk yang kecil,” ungkap Ibu Tien Soeharto pada peresmian TMII.

Ibu Negara ini telah menghadirkan sebuah cagar budaya etnik yang unik, sangat Indonesia, siap menampilkan seni, adat dan budaya 27 provinsi masyarakatnya, dapat dikelilingi atau diamati dari kereta gantung atau monorail.

Tidak hanya menggagas, Ibu Tien Soeharto juga harus berjuang melaksanakan ide besarnya hingga terwujud taman wisata paling modern di Asia Tenggara masa itu.

Sedetik pertanyaan berlalu, Ibunda memandang yakin kepada putri sulungnya yang cantik, “Wuk, menurut Ibu setiap warga negara sedapat mungkin memberikan sumbangsihnya kepada bangsa. Tidak apa-apa meski hanya setitik saja. Yang penting berguna sebagai bagian dari pembangunan bangsa”.

Inilah percakapan ketika pembangunan tengah menjadi isu sentral pemerintahan Presiden Soeharto. Ibunda yang menjawab pertanyaan tak lain Ibu Negara Hj. Siti Hartinah Soeharto. Yang bertanya adalah Hj. Siti Hardiyanti Rukmana yang akrab disapa Mbak Tutut.

Lihat juga...