Konspirasi Kolonial Global Melengserkan Pak Harto

OLEH NOOR JOHAN NUH

Noor Johan Nuh (Foto: Istimewa)

Keberadaan IMF di Indonesia sejak 31 Oktober 1997, bukan saja tidak berhasil memulihkan ekonomi Indonesia, tetapi malah lebih jauh membenamkan Indonesia dalam kubangan krisis ekonomi yang makin dalam, menular ke krisis politik dan berbagai krisis multidimensional. Lebih dari setengah kegiatan bisnis di Indonesia bangkrut total, pengangguran makin melimpah ruah dan kemiskinan menjalar ke seantero pelosok negeri.

Intervensi Asing

Presiden Soeharto dalam pidato pertanggungjawabannya bulan Maret 1998 di Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat menyatakan bahwa resep IMF tak ampuh menyelesaikan krisis. Presiden kemudian mengajukan konsep “IMF Plus” dan berencana menerapkan CBS (Currency Board System) dengan mematok kurs tetap dollar terhadap rupiah.

Rencana menerapkan CBS sejalan dengan pengangkatan Steve Hanke, guru besar dari Jhon Hopkins University, Washington DC, sebagai penasehat khusus Presiden sejak akhir Januari 1998. Hanke telah berdiskusi dengan Pak Harto mengenai CBS. Namun, pada tanggal 11 Februari 1998, Camdessus mengirim surat kepada Pak Harto yang isinya memperingatkan bahwa jika rencana CBS diteruskan, IMF tidak dapat melanjutkan bantuan untuk Indonesia. Kebutuhan Indonesia akan likuiditas seperti yang dijanjikan IMF membuat Pak Harto tidak bisa berbuat lain.

Selain petinggi IMF, Presiden Clinton beberapa kali melakukan pembicaraan telepon dengan Pak Harto dalam negosiasi bantuan IMF dan mengirim beberapa kali utusan khusus termasuk bekas Wakil Presiden Walter Mondale. Mondale menyampaikan pesan Clinton agar Pak Harto tetap berjalan dalam syarat-syarat IMF. Selain itu, Menteri Keuangan Amerika Robert E. Rubin pada awal maret 1998, sempat mengancam akan menghentikan bantuan Amerika jika Indonesia tidak mematuhi paket IMF.

Lihat juga...