Setelah Tsunami, Pohon Sagu di Abdya tak Berbuah

Ilsutrasi pohon sagu/Foto: Dokumentasi CDN.

BLANGPIDIE – Sejumlah masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) menyebutkan, pohon sagu (metroxylon sagu) yang tumbuh di lahan rawa tidak berbuah lagi setelah terjadinya bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di Aceh pada 24 Desember 2004.

“Setelah terjadinya peristiwa gempa bumi dan gelombang tsunami di Provinsi Aceh ini, pohon sagu tidak mau berbuah lagi sehingga buah rumbia sudah langka didapatkan,” ungkap Isman, warga Desa Ie Lhob, Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Abdya, Jumat.

Isman mengatakan, di daerahnya saat ini masih banyak dijumpai pohon sagu yang tumbuh subur di desa-desa khususnya di lahan rawa-rawa, namun dirinya tidak mengetahui apa penyebab pohon tersebut sudah bertahun-tahun tidak berbuah lagi.

Kalaupun ada yang mengeluarkan bunga, sambung dia, tidak lama kemudian putik-putik itu rontok berguguran, dan peristiwa langka itu hingga kini belum diketahui pasti penyebabnya, karena belum ada penelitian khusus mengapa pohon sagu tidak lagi menghasilkan buah.

Kelangkaan buah rumbia tersebut, kata Isman, sudah terjadi sejak 10 tahun lalu atau setelah terjadinya bencana alam gempa bumi, dan gelombang tsunami. Sejak itulah buah yang rasanya kelat itu sudah jarang terlihat, baik di pasar-pasar maupun di pedesaan.

“Buah rumbia itu hampir mirip dengan buah salak, hanya saja sisik buah rumbia sedikit besar, rasanya kelat, dan bila sudah benar-benar matang rasanya berubah sedikit manis. Jadi, dulu kaum wanita di desa-desa memakan buah rumbia,” ungkapnya.

Selain sangat ampuh untuk mengobati penyakit diare, sambung dia, buah rumbia juga dimamfaatkan untuk bahan rujak dicampur dengan buah-buahan lainnya. Jadi, berhubung kini sudah sulit didapatkan, maka buah tersebut tidak dijumpai lagi sebagai campuran rujak yang dijual di Aceh.

Lihat juga...