Tin de Vrij dari Jepara

Setelah mengenal dekat, aku jadi sering berkunjung ke penginapannya, sebuah rumah dengan bangunan dari kayu ulin. Berdiskusi segala hal. Dari hal remeh temeh sampai proses pabrik melamin. Nigel suka kereta api. Dia mengoleksi kereta api mini dari berbagai model. Dari kereta kuno sampai kereta modern. Dia cerita sistem perkeretaapian di Belanda. Dia senang, Belanda ikut berkontribusi membangun sistem kereta api di Indonesia. Dia bertanya, kenapa di Kalimantan tak ada kereta api? Kenapa Indonesia tak membangun jalur kereta api baru? Menurutnya, dengan sistem kereta api akan menyelesaikan masalah transportasi.

Dia juga mempelajari sejarah Belanda waktu di Indonesia. Dia mengerti bahwa Indonesia bukan sekadar negara lain, nun zaman dulu nenek moyangnya sudah merantau tinggal di Indonesia dalam waktu sangat lama. Kakaknya juga senang pada Indonesia dan menjadi guru bahasa di Jakarta.

Aku sudah lama ingin mempunyai teman orang Belanda asli, ingin menanyakan tentang penjajahan Indonesia bagaimana menurutnya. Tidak menyangka bisa tiba-tiba saja sudah sering berdiskusi dengan orang Belanda totok. Nigel orangnya terbuka. Tidak semua orang Belanda setuju pada penjajahan. Nigel tak setuju. Bahkan cukup bersimpati pada perjuangan Pangeran Diponegoro.

“Sikap saya sekarang belum tentu sama bila saya hidup pada zaman itu. Saya tak ingin menyalahkan. Masing-masing zaman menuntut sikap sendiri-sendiri. Yang penting kalau sudah membuat keputusan harus bertanggung jawab,” kata Nigel suatu waktu.

Saya respek. Ada orang yang ahli bidang teknis tetapi masih mau membaca sejarah bangsanya. Termasuk kategori langka orang macam begini.

Lihat juga...