Cuaca begitu cerah namun hatiku seolah malu pada Nigel dan Tin. Kenapa aku belum bisa seperti dia, mempunyai anak asuh? Di kejauhan kerlap-kerlip lampu Kota Yogyakarta tampak begitu indah. Senja kian merona. Langit biru tua menjelang malam membingkai lukisan Tuhan. Tin menceritakan anak-anak asuhnya di Jepara. Anaknya lucu-lucu tetapi nasibnya memprihatinkan.
Tin sesungguhnya hanya satu contoh kecil. Tin telah berjuang dari tidak punya apa-apa dan nekat merantau sampai hidup berkecukupan di negeri orang. Dia tak lupa menolong saudaranya. Dia sudah berbuat nyata dengan caranya sendiri untuk mengentaskan anak-anak Indonesia. Kembali, aku ragu menatap cermin besar di depanku. ***
Bontang, 17 Agustus 2017
Sunaryo Broto, sastrawan. Bekerja di Pupuk Kaltim. Alumni Teknik Kimia UGM dan Magister Manajemen Universitas Mulawarman. Cerpen, artikel, puisi, catatan perjalanan, dan karya fotonya pernah dimuat di berbagai media seperti Republika, Kaltim Post, Tribun Kaltim, Suara Kaltim, Majalah Karya Bangsa, Samarinda Pos, dan lainnya. Beberapa bukunya telah terbit. Di antaranya kumpulan cerpen Pertemuan di Kebun Raya, Keringat Lelaki Tua, dan Perjumpaan di Candi Prambanan. Karya puisi dan cerpennya juga dimuat dalam Buku Ensiklopedia Sastra Kaltim, Kalimantan dalam Prosa Indonesia, Kalimantan dalam Puisi Indonesia, serta Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia. Ketiga buku terakhir, dieditori Korrie Layun Rampan. Pernah aktif di Komunitas Sastra Studio Kata dan Club Buku 33 di Bontang. Namanya juga tercatat dalam buku Biografi Pengarang Kaltim terbitan Balai Bahasa Kaltim.
Redaksi menerima kiriman cerpen. Tema dan panjang naskah bebas yang pasti tidak SARA. Naskah orisinil, belum pernah tayang dan belum pernah dimuat di buku. Kirimkan naskah beserta biodata dan nomor ponsel ke editorcendana@gmail.com Disediakan honorarium bagi karya yang ditayangkan.