Diplomasi Geopolitik Prabowo-Putin

Agenda ini relevan dengan pola balancing dalam teori hubungan internasional. Indonesia menyeimbangkan pengaruh kekuatan regional (Australia, Amerika Serikat) dengan memperkuat hubungan dengan aktor eksternal besar seperti Rusia. Langkah ini membantu menjaga otonomi strategis Indonesia.

Putin secara eksplisit menyebut kesiapan membantu Indonesia mewujudkan ambisi energi nuklir. Indonesia menargetkan pembangunan PLTN skala kecil sekitar 2032. Rusia—melalui Rosatom—memiliki paket lengkap: teknologi, pendanaan, keselamatan, hingga pengelolaan limbah. Kerja sama semacam ini bisa menjadi batu loncatan penting untuk diversifikasi energi Indonesia.

Proyek nuklir memiliki dimensi strategis. Selain kebutuhan energi, teknologi nuklir sipil memiliki potensi ganda (dual-use). Kerja sama semacam ini dapat meningkatkan kedalaman hubungan Indonesia–Rusia secara signifikan dan menimbulkan perhatian dari negara lain di kawasan.

Indonesia telah lama menempatkan Biak sebagai calon lokasi peluncuran satelit. Posisinya dekat ekuator: ideal untuk efisiensi peluncuran. Rusia memiliki sejarah ketertarikan terhadap penggunaan lokasi ekuatorial untuk peluncuran komersial dan teknologi ruang angkasa.

Tahun 2025 pemerintah Indonesia menyatakan kemungkinan membuka Biak untuk fasilitas peluncuran asing. Rekam jejak rencana penggunaan Biak oleh pihak Rusia di masa lalu, menjadikan topik ini sangat mungkin masuk dalam diskusi tingkat tinggi. Meskipun tidak diumumkan ke publik.

Jika pembicaraan mengarah pada: pembangunan ground station, pusat pelatihan antariksa, kerja sama teknologi satelit komunikasi, atau studi kelayakan fasilitas peluncuran, maka hal itu akan memiliki dampak geopolitik besar. Fasilitas antariksa memiliki sifat dual-use. Berguna mitigasi bencana dan komunikasi. Tetapi juga dapat meningkatkan kapabilitas penginderaan jauh dan kontrol satelit yang relevan bagi pertahanan. Australia dan PNG dipastikan akan mencermatinya.

Lihat juga...