Presiden Soeharto dan Kutukan Mpu Gandring Reformasi
Oleh : Abdul Rohman
Apalagi ketika momen pemilu tiba. Pembunuhan karakter semakin menjadi-jadi. Antar kandidat tidak lagi diwarnai diskursus adu program. Adu gagasan. Kalau toh ada hanya formalitas belaka.
Yang terjadi justru saling menjatuhkan satu sama lain melalui beragam isu. Bahkan melalui beragam hoax. Agenda strategis dalam mengurai problem kemajuan bangsa menjadi terlewatkan.
Celakanya, banyak elemen bangsa tidak ada yang bener-bener clean sheet. Banyak pula yang berlumuran kesalahan. Entah korupsi. Nepotisme. Entah pelanggaran yang lain. Jelas merupakan lubang yang lebih penting untuk dikoreksi. Dibanding ketika menghujani beragam tudingan hoax kepada Presiden Soeharto.
Senjata penikam Presiden Soeharto itu kini mengejar mangsa-mangsanya. Pembunuhan karakter itu menikam siapa saja. Sebagai alat meraih tujuan. Terus mengincar korban seperti keris Mpu Gandring. Tidak kenal lelah.
Lantas bagaimana spiral konflik ini bisa dihentikan. Bagaimana caranya menghapus kutukan itu?.
Kejujuran adalah jawabannya. Diskursus publik harus didasarkan fakta-fakta. Bukan hoax.
Buang senjata “pembunuhan karakter” dalam meraih tujuan. Katakan salah kalau salah. Katakan tidak, jika memang tidak salah. Secara proporsional. Tidak perlu dilebih-lebihkan.
Begitu pula dalam memperlakukan pemimpin-pemimpin kita. Termasuk kepada Persiden Soeharto.
ARS, Jalan Bangka-Jaksel, 30-01-2023