Presiden Soeharto dan Kutukan Mpu Gandring Reformasi

Oleh : Abdul Rohman

Alat tikam itu bernama-pembunuhan karakter. Character assassination. Menumpangi kritisisme dan kecerdasan masyarakat hasil didikan Presiden Soeharto sendiri.

Segala kemashuran, kewibawaan, dan kecemerlangan Presiden Soeharto dalam berjuang. Termasuk dalam mempertahankan kemerdekaan dan membangun bangsa. Dilucuti. Ditanggalkan melalui pembunuhan karakter dengan beragam isu.

Presiden Soeharto dituding KKN. Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme. Tapi lebih dua dekade reformasi tidak terbukti. Tidak ada putusan pengadilan yang menyatakan bersalah. Justru KKN disinyalir lebih hebat pada era reformasi. Itu menandakan sebenarnya Presiden Soeharto lebih berhasil meredam KKN.

Ia dituding menjual SDA seperti freeport. Publik melupakan kenyataan bahwa UU PMA sebagai payung hukum PMA ditandatangani Presiden Soekarno. Tanggal 10 Januari 1967. Bukan oleh Presiden Soeharto.

Freeport masuk Papua sudah sejak lama. Ketika masih dalam cengkeraman Belanda. Sebelum kemudian berhasil direbut pada tahun 1963. Melalui upaya militer dan diplomasi internasional.

Kala itu Soeharto masih Mayjen. Ia ditugasi merebut Irian Barat dari Belanda melalui kampanye militer. Berjibaku bertaruh nyawa di lapangan pertempuran. Aneh jika kemudian disudutkan menjual Papua.

Dituding otoriter. Melanggengkan kekuasaan. Tudingan itu melupakan bahwa eksisitensi jabatannya diperoleh melalui pemilu periodik. Pada era Orde Baru untuk pertama kalinya pemilu periodik sebagaimana amanat UUD 1945 berhasil diselenggarakan.

Soal jabatanya yang terus terpilih kembali setelah dua periode juga dilupakan. Bahwa UUD kala itu mengatur seperti itu. Membolehkan terpilih kembali. Rakyat kala itu menghendaki. Presiden Soeharto berulang kali terpilih karena memang kehendak bangsa ini.

Lihat juga...