Presiden Soeharto dan Kutukan Mpu Gandring Reformasi
Oleh : Abdul Rohman
Capaian prestasi-prestasi itu diverifikasi lembaga-lembaga internasional. PBB sendiri yang memberikan penghargaan atas keberhasilan Indonesia. Swasembada pangan, pembangunan pendidikan, pemberantasan kemiskinan, perubahan status menjadi negara berkembang.
Semua diakui sebagai keberhasilan brilian oleh PBB. Bukan lembaga-lembaga partikelir.
Target Presiden Soeharto jelas. Menjadikan Indonesia sebagai negara maju, berdaulat, adil dan makmur dalam dua kali Pembangunan Jangka Panjang (PJP). Setiap tahap memakan waktu 25 tahun. Dua kali PJP itu dalam rentang 50 tahun. Kira-kira tahun 2019 yang lalu targetnya itu harusnya terpenuhi.
Upaya itu sudah di ambang keberhasilan. Indonesia dipandang sejumlah kalangan sebagai Micracle Asia. Sebuah Newly Industrial Country akan lahir. Itu tahun 1997. Sebelum dihantam krisis.
Tibalah prahara itu. Tahun 1997. Awalnya krisis moneter yang melanda kawasan Asia. Disusul krisis ekonomi dan kemudian krisis politik.
Krisis itu dijadikan momentum sejumlah pihak sebagai katalisator. Untuk menghentikan Presiden Soeharto dari jabatannya. Agar kemudian menempati posisi sebagai pengganti pengendali rezim yang baru. Untuk bisa mengendalikan Indonesia pasca kepemimpinan Presiden Soeharto.
Presiden Soeharto sendiri sudah sejak lama hendak berhenti. Namun ia gamang. Ketika rakyat dikabarkan masih menghendakinya memimpin. Ia pantang mengelak tanggung jawab itu.
Krisis itu tidak serta merta membuat Presiden Soeharto berhenti. Ia masih berjuang mengeluarkan Indonesia radi krisis.
Ia masih disegani dan dihormati. Maka pihak-pihak yang menghendaki Presiden Soeharto segera berhenti membuat alat tikam. Untuk bisa benar-benar menghentikan Presiden Soeharto secepatnya.