Kue Tart Terenak

CERPEN LINGGAR RIMBAWATI

“Kamu boleh minta kue tart, tapi bukan yang bulat utuh seperti di majalah itu, ya. Uang Bapak hanya sedikit. Kita masih harus beli sepatu untuk kamu sekolah dan kirim uang buat kuliah kakak-kakakmu,” kata Ibu dengan sabar memberi penjelasan.

Hani kecil cukup senang meski hanya mendapat empat potong kue tart berbentuk kubus. Wanita penjualnya sangat ramah.

Sesampainya di rumah Hani bercerita ke kawan-kawannya bahwa dia bertemu wanita Cina yang cantik seperti dalam film Kera Sakti yang sering mereka tonton di televisi milik Pak RT. Anak laki-laki bermata sipit di toko kue itu diam-diam menjadi pacar khayalan Hani selama masa remajanya.
***
Sore yang berangin di beranda rumahnya, Hani duduk gelisah sambil menggulir ponselnya. Perempuan itu sengaja menjauh dari anak dan suaminya yang tengah bermain di ruang tengah.

Dia sangat membutuhkan privasi saat ini. Dadanya penuh oleh rasa bungah meskipun tak dapat dia mungkiri juga terbit sedikit rasa bersalah pada keluarga kecilnya. Dia merasa menjadi seorang pengkhianat.

“Boleh aku telpon sebentar?”

Sepotong pesan dari Billy itu membuat pipi Hani memanas. Cia dan ayahnya terdengar masih asyik bermain di dalam. Mestinya situasi cukup aman.

“Halo, Hani…”

Suara berat Billy masih seperti dulu. Suara yang membuat Hani tersihir hingga hampir saja rela meninggalkan keluarga dan keyakinan yang telah dianutnya sedari lahir.

Di saat hubungannya dengan orang tuanya berada di titik nadir karena kekeraskepalaan hani untuk melanjutkan hubungan dengan Billy, ayah Hani mengeluarkan kata-kata pamungkas,

“Sedari kamu kecil, sedari kamu mulai pintar meminta, sampai kamu lulus kuliah dan bekerja, kami selalu menuruti permintaanmu. Sekarang, kamu memang sudah mampu mencukupi kebutuhan sendiri. Kamu punya penghasilan yang banyak untuk bisa melanjutkan hidup tanpa bantuan kami.

Lihat juga...