Lentera Bumi sempat termangu mendengar perkataanmu, sebelum akhirnya berkata bahwa jika bukan karena amanah, Kapak Berduri itu pun boleh kau miliki.
“Cuih!” sahutmu menyangsikan apa yang dia bilang.
“Benar saudaraku, jika bukan amanah, kau boleh memilikinya,” ulang Lentera Bumi.
“Kalau begitu, sini berikan padaku!”
“Arti perkataanku tadi, aku harus menjaganya dari siapa pun, termasuk kau.”
Tanpa banyak bicara lagi, kau langsung menyerang Lentera Bumi. Kau merasa percaya diri bisa mengalahkannya sebab kau masih ingat, ketika kalian mengikuti pelajaran jurus-jurus silat tingkat akhir, kaulah yang lebih dulu menguasainya.
Lentera Bumi yang sesungguhnya belum siap dengan seranganmu kewalahan hingga tanpa susah payah dengan cepat kau merebut Kapak Berduri darinya. Tak ingin mengulur waktu, begitu kapak kau raih, kau ayunkan ke tubuhnya.
Kapak Berduri menancap tepat di dadanya hingga seperti terbelah. Kau pikir usahamu sudah berhasil. Namun setelah itu ada yang membuatmu gusar, karena kapak itu tak bisa kau ambil.
Kapak itu seperti menyatu dengan tubuhnya. Sementara, dari kejauhan kau melihat ada beberapa orang yang akan melintasi tempat itu. Terpaksa kau pergi untuk menghindari masalah.
Setelah kau berlalu, Lentera Bumi yang sebenarnya belum mati berhasil mencabut kapak dari tubuhnya. Pada saat itulah dia mendengar suara yang menyarankan kepadanya, selagi badannya masih terjaga, segera mencari orang untuk menjaga kapak itu.
Orang yang kelak membawanya akan menjadi sakti, dan punya keinginan untuk membunuh siapa pun yang berani mengganggu hidupnya.
***
Cakra Alam, lelaki tua, sesepuh kampung yang tidak jauh dari Perguruan Kapak Berduri membuat geger warganya.