Yu Sri

CERPEN IMAM WAHYUDI

“Sebaiknya, kalau mbakyu Panjenengan sudah benar-benar tenang, nanti dibawa ke psikiater saja, Nak Hasan. Biar ditangani dengan benar, jangan sampai terlambat!” Demikian saran Kaji Daud untuk pertama kalinya yang kuingat, dan terus berulang dikatakannya ketika melihat Yu Sri mendadak bertindak di luar kewajaran.

Aku hanya mengiyakan, tanpa pernah berbuat seperti sarannya. Kesibukan pekerjaan menjadi salah satu alasan belum sempat membawa Yu Sri ke psikiater atau semacamnya.

Tetapi lebih dari itu, aku tak tega untuk mengakui bahwa kakak perempuanku itu sebenarnya telah gila karena terbelenggu kenangan-kenangan indah yang tak sesuai dengan harapannya selama ini.
***
SETELAH peristiwa Subuh itu, entah mengapa, kondisi Yu Sri berangsur-angsur membaik, padahal aku belum sempat membawa Yu Sri ke mana pun seperti saran Kaji Daud.

Yu Sri kini terlihat tenang, bahkan mulai bisa berinteraksi normal dengan orang lain. Yu Sri berulang kali minta maaf atas ketidakmampuannya mengontrol diri selama ini. Nurmala dan Ahsan juga terlihat gembira, ibu mereka telah pulih kembali.

Beberapa hari ini aku ditugaskan keluar daerah mengikuti semacam pendidikan dan pelatihan bagi para guru. Aku selalu memantau keadaan Yu Sri lewat sarana komunikasi yang ada dengan istriku, atau pun langsung dengan kedua keponakanku itu.

Malam ini di sela-sela kesibukan mengerjakan tugas, aku iseng-iseng membuka media sosial lewat laptop. Sontak aku terkejut, melihat tautan berita dalam beranda media sosialku.

Tentang berita terkini yang menggemparkan, seorang perempuan yang diduga mengidap gangguan jiwa menghabisi dengan keji orang-orang di sekitarnya.

Lihat juga...