Yu Sri

CERPEN IMAM WAHYUDI

Aku yang kebetulan memiliki rejeki lebih, menjadi guru negeri di sebuah sebuah sekolah dasar, ikut membantu keuangan Yu Sri sehari-hari. Seiring berjalannya waktu, anak-anaknya mulai melupakan bahwa sebenarnya mereka memiliki seorang ayah.

Hanya Yu Sri yang masih terus menjaga kesetiaannya sebagai seorang istri. Banyak lelaki berusaha mendekatinya, namun tiada satu pun yang ia tanggapi.

Pikiran Yu Sri sering menerawang jauh. Mengingat masa-masa penuh bahagia dengan suaminya. Juga kenangan manis waktu kecil, ketika menjadi kesayangan bapak dan ibu. Setiap orang yang diajaknya bicara, tentu akan trenyuh melihat keadaan kakak perempuanku itu.

Ia terbelenggu dengan kenangan indah masa lalu, yang sungguh berbeda dengan kenyataan sekarang.
***
SUDAH lama aku berkeinginan memugar tabon yang sekarang dihuni Yu Sri dan anak-anaknya. Rumah kayu berbentuk limasan itu memang diberikan bapak dan ibu untuk Yu Sri.

Namun kondisinya sungguh memprihatinkan, usuk dan kayu-kayu lainnya yang menopang mulai keropos. Atapnya juga banyak yang bolong, kalau musim penghujan tiba, air berlelehan di dalam rumah.

“Aku tak mau rumah ini dibongkar. Kalian memang banyak uang, tapi tidak boleh seenaknya begitu, apalagi pada sesuatu yang bukan menjadi hak kalian!” Yu Sri menolak rencanaku.

“Kang Hasan tidak bermaksud mengambil hakmu Yu, tapi kondisi rumah ini membahayakan Yu Sri, juga anak-anak…, istriku turut membujuknya.

“Rumah ini banyak menyimpan kenangan, bapak dan ibu kalau masih hidup pasti juga tak akan mengizinkannya,” kata Yu Sri kukuh dengan pendiriannya.

“Aku tidak berencana menggantinya dengan bentuk rumah yang baru, cuma memperbaikinya saja agar nyaman ditempati,” aku masih berusaha membujuk Yu Sri.

Lihat juga...