Yu Sri

CERPEN IMAM WAHYUDI

Seorang perempuan dan beberapa anaknya turut serta dibawanya pulang. Yu Sri tidak mau dimadu, mereka kemudian berpisah rumah.

Kang Agus dan keluarga baru yang dibawanya dari rantau tinggal di rumah peninggalan orang tua Kang Agus. Penantian Yu Sri selama ini sia-sia, bertolak belakang dengan angan-angannya.
***
PERISTIWA siang itu menjadi awal keresahan warga terhadap perilaku Yu Sri yang mulai tidak wajar. Tiba-tiba saja ia menghambur dalam kerumunan warga yang sedang gotong royong memperbaiki jalan di depan rumahnya.

“Hai, apa yang kalian lakukan? Mengapa kalian habiskan wora-wari  itu. Nanti kalau Kang Agus pulang bisa pangling dengan rumah ini!” teriak Yu Sri dengan keras.

“Sabar Mbak Sri, sesuai hasil musyawarah kemarin, pagar hidup milik warga di pinggir jalan sepakat dihilangkan, karena jalan desa ini mau diaspal. Biar terlihat lebar dan rapi nantinya. Termasuk tanaman yang ada di pekarangan Mbak Sri ini. Kemarin panjenengan sudah menyetujui juga to?” Pak Dukuh berusaha menenangkan.

“Tidak bisa. Tidak boleh!” teriak Yu Sri sambil berusaha mencegah warga yang membersihkan pagar hidup tanaman wora-wari di depan rumahnya.

Aku ingat, dulu waktu masih anak-anak, Yu Sri dan Kang Agus sering bermain di antara tanaman itu. Mereka bermain manten-mantenan, dengan bunga sepatu warna-warni terkadang diselipkan oleh Kang Agus di sela telinga Yu Sri. Kakakku itu walau masih kecil terlihat dewasa dan cantik sekali.

Warga menjadi gempar. Aku yang turut dalam kerumunan, berusaha menenangkan kakak perempuanku itu sebisa mungkin.

Yu Sri ternyata tidak mudah dikendalikan, bahkan dengan beringas menyerang warga. Akhirnya, dengan susah payah beberapa warga berhasil meringkus dan membawanya ke rumah.

Lihat juga...