Sepuluh Tahun Berlalu

CERPEN YUS R. ISMAIL

Rumah kontrakan itu sekarang sudah menjadi miliknya. Irman tidak lagi ngojek. Setiap malam dia belanja ke pasar. Ada dua orang yang membantu Arini memasak.

Paginya masakan yang sudah dibungkus plastik itu dibawa pedagang keliling ke berbagai tempat. Ada sepuluh orang pedagang yang setiap hari membawa masakan Arini.

Dari hasil berjualan itu Arini dan Irman bisa membeli rumah, menyekolahkan Putri, membeli mobil bekas, dan menabung sedikit-sedikit untuk menambah modal kelak.

Selama sepuluh tahun itu Bapak, Mbak Anisa dan Mbak Alysa, beberapa kali menelepon. Sekali waktu malah Mbak Anisa mengabarkan bila Ibu sakit. Tapi karena sakitnya tidak parah, juga Ibunya belum mau ditengok, Arini tidak jadi pulang.

Baru hari ini keputusannya sudah bulat. Arini akan pulang. Hanya tiga jam perjalanan. Arini berharap Ibu akan memaafkan bila tahu Arini membawa mobil sendiri dan kabar rumahnya sudah dibeli.

“Bagaimanapun, Bunda, pepes ikan buatanmu itu lebih enak,” kata Irman sambil mencium pipi istrinya.

Arini tentu saja terkejut. Dari tadi pikirannya sedang terbang, malah tidak melihat suaminya masuk ke dapur.

Tapi kejutan sebenarnya datang sejam kemudian ketika Arini sedang menumpuk pepes ikan ke dalam presto. Ada bunyi klakson mobil di depan rumah.

Ketika Arini mengintip dari celah nako, dilihatnya Bapak turun dari mobil. Lalu Mbak Anisa, anak-anak, dan Ibu. Arini berdebar dadanya. Kangen, sedih, haru, bercampur di hatinya.

“Tante Rini, kita datang memberi kejutan,” teriak Mbak Anisa. Anak-anak sudah terlebih dahulu masuk ke dalam rumah.

Arini tidak kuat hatinya ketika memeluk Bapak. Air matanya mengalir. Ketika mencium tangan Ibu dan memeluknya lebih deras lagi.

Lihat juga...