Di minimarket anak yang penuh perhatian itu bertemu dengan pak guru ketika hendak membeli es krim. Pandangannya fokus pada sepasang sepatu pak guru. Ia teringat pesan ibunya, ‘berbaik sangka.’
Setelah mendapatkan es krim kesukaannya, ia memberi koin seribu rupiah pada pak guru atas jasa parkirnya, lalu berpamitan. Petang hari pak guru pulang ke rumah.
Selepas Magrib pak guru duduk di balai-balai teras rumahnya. Termenung. Negara sedang menghadapi ujian yang berat. Begitu juga dengan pak guru.
Pak guru kini memiliki beban moral yang teramat berat. Yang tak bisa ia ungkapkan kepada siapa pun. Meskipun kepada istrinya. ***
Kamalludin AS, penyuka sastra. Beberapa puisi dan artikelnya pernah muncul di Radar Pekalongan dan Suara Merdeka.
Redaksi menerima cerpen. Tema bebas tidak SARA. Cerpen yang dikirim orisinal, hanya dikirim ke Cendana News, belum pernah tayang di media lain baik cetak, online atau buku. Kirim karya ke editorcendana@gmail.com. Karya yang akan ditayangkan dikonfirmasi terlebih dahulu. Jika lebih dari sebulan sejak pengiriman tak ada kabar, dipersilakan dikirim ke media lain. Disediakan honorarium bagi karya yang ditayangkan.