Pak guru tak tahu, apakah ia akan menerima gaji bulanan seperti biasa. Jika tidak ia harus mencari sumber penghasilan lain. Karena hanya dia dan seorang rekan lagi yang berstatus guru honorer di SD tempatnya mengabdi.
Sudah tiga kali pak guru ikut ujian CPNS, tapi selalu gagal. Bahkan tiga bulan silam ia juga baru saja mengikuti ujian yang serupa, ia berhasil melewati tes administrasi dan tes kompetensi dasar. Tapi, gagal dalam tes kompetensi lanjutan.
Oh! Ia tak berani membayangkan jika tahun ajaran baru nanti ada ASN yang ditugaskan di SD tempatnya mengabdi. Posisinya sebagai guru honorer tentu terancam.
Ketahanan pangan di tatanan keluarganya semakin tidak stabil. Kegiatan ekonomi terhenti di berbagai lini. Negara sedang dalam krisis ekomoni. Krisis itu juga menyapa pak guru.
Bahkan tidak hanya pak guru, semua orang terkena dampaknya. Tetangganya, yang sehari-hari sebagai tukang ojek online untuk sementara waktu juga harus rela gantung helm dan jaket kebanggaannya. Sepi orderan.
Menurut kabar yang beredar sudah sembilan ratus lebih pekerja yang dirumahkan oleh perusahan-perusahaan besar yang ada di kotanya. Jumlah itu mungkin akan masih terus bertambah jika makhluk kecil dari negeri yang jauh itu belum juga pergi.
Jalanan sepi. Seperti kota mati. Mal-mal memilih tutup karena lesu pengunjung, sebagian pekerjanya dirumahkan juga. Ruko-ruko dan gerai-gerai tak nampak ada geliat aktivitas. Hanya beberapa toko penjual kebutuhan pokok dan beberapa kedai makanan siap saji yang masih memberanikan diri buka.
Itu pun harus dibungkus dan dimakan di rumah. Peristiwa itu adalah imbas dari kebijakan negara yang mengharuskan rakyatnya untuk di rumah saja. Mengisolasi diri. Guna memutus penyebaran makhluk kecil yang datang dari negeri jauh itu.