Resep Rahasia Bitirah

CERPEN AJUN NIMBARA

Ia juga tak dikarunia satu pun anak selama hidup. Bitirah selalu sabar menghadapi cobaan yang hilir mudik menghantam hidupnya.

Siang itu, Bitirah tiba di rumah. Hari ini bakulnya habis semua. Lauknya juga tak bersisa. Ia bersantai di teras rumah. Sejurus kemudian, sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Seseorang turun dari pintu depan sopir.

Perempuan berambut pirang itu. Kali ini, ia tidak menghampiri bakul Bitirah di Jalan Raya Simpang Siur. Ia datang ke rumah Bitirah dan ngobrol di dalam rumah. Perempuan itu meminta Bitirah mengajari langsung cara meracik pecelnya.

“Oh, ya. Sekalian saya nyiapin jualan buat besok.”

Lagi-lagi, Bitirah menyanggupi permintaannya dengan cuma-cuma. Jelas saja perempuan itu mengangguk dan tersenyum lega.

Bitirah mengajari dengan penuh kemurahan hati. Ia begitu tulus. Perempuan itu diajaknya ke dapur dan menyiapkan segalanya. Ia melihat semua aktivitas Bitirah bersama apa saja yang ada di dapur. Mulai dari menggoreng lauk, merebus sayur, dan mengulek bumbu pecel hingga padu dan kental.

Perempuan itu juga mencoba membuat bumbu pecel dengan bahan dan takaran yang sama, di wadah yang berbeda.

Setelah selesai, mereka mencicipi bumbunya masing masing. Perempuan itu mencicipi bumbu pecel hasil ulekan Bitirah. Rasanya begitu menggoda. Kemudian ia mencicipi bumbu pecel hasil ulekannya sendiri.

“Argh…” Dahinya mengernyit.

Ternyata, rasa kedua bumbu pecel itu masih berbeda. Padahal, resep yang disiapkan sama. Takarannya pun sama. Tapi rasanya tetap saja berbeda. Hanya sensansi pedasnya saja yang sama. Perempuan itu bingung.

Bagaimana bisa berbeda seperti ini. Ia mengendus aroma pecel di kedua wadah itu. Ternyata juga berbeda. Aroma bumbu pecel Bitirah lebih kuat dan menggugah selera.

Lihat juga...