Membangun Atap Indonesia dari Kebumen, Berkarya dengan Sumpah Pemuda
OLEH AHMAD ZAKI NUR IHSAN
Tentunya, hingga sekarang, berbagai perjalanan NKRI juga akan selalu dipengaruhi oleh kondisi global. Berbagai perubahan zaman, hingga kapan pun, karena peran pemuda. Pemuda dalam lintasan sejarah bangsa senantiasa menjadi tonggak perubahan dari masa ke masa.
Mencoba Berkarya dalam “Puisi Besar” Tanah Kebumen sebagai “Atap Nusantara”
Sebagai cucu dari almarhum Kyai Haji Abdullah Ihsan (pemimpin Pondok Pesantren Al-Ihsan Kebumen), mencoba berkarya dalam semangat Sumpah Pemuda, mencoba menafsir, serta mengimplementasikan semangat Sumpah Pemuda dari Kebumen.
Dengan tertatih, saya mencoba mendeklamasikan “Karya Puisi Besar” atas sebuah tempat subur yang sejak 1920, dijadikan oleh Pemerintah VOC Belanda sebagai sentra penghasil genteng di Tanah Jawa.
Saat itu, para peneliti tanah dari VOC membuat kesimpulan, bahwa tanah di Kebumen merupakan tanah terbaik untuk bahan genteng. Saat itu, dibentuklah Balai Keramik yang berkedudukan di Bandung.
Genteng-genteng tersebut untuk memenuhi pembangunan infrastruktur, termasuk untuk dijadikan atap pabrik gula. Sejak momentum itu, sebagian besar pemuda dan penduduk Kebumen, bisa berkarya melalui tanah-tumpah-darahnya, membangun atap nyaman dan sehat bagi tempat bernaung Bangsa Indonesia.
Pada masa orde baru yang dipimpin oleh Jenderal Besar Soeharto, tanah-tumpah-darah saya di Kebumen yang menghasilkan Genteng AB Sokka makin dikenal. Bahkan, ketika berada pada alam masa jayanya, yakni pada periode 1970-1980, pemerintah Presiden Soeharto merekomendasikan genteng Sokka untuk digunakan sebagai atap di semua gedung pemerintah.
Di masa Presiden Soeharto, pabrik genteng Sokka tidak hanya dapat dilihat sepanjang jalan antara di Kecamatan Pejagoan dan Sruweng. Saking terkenalnya genteng Sokka, banyak sekali bermunculan genteng merek “Sokka” dari daerah lainnya seperti di Yogyakarta dan Kabupaten Kudus.