Tumbuhan beracun itu banyak tumbuh di hulu sungai dan secara tidak langsung mencemari air sungai. Racun pohon itu tentu saja telah membuat air sungai beracun apalagi jika sampai masuk ke tubuh manusia. Jika saja Yao Min memaksa minum air sungai itu, ia pasti tak akan selamat.
Seketika pikiran Yao Min melayang pada gagak-gagak yang telah disiksanya. Air matanya menetes. Matanya telah buta. Lamur karena keserakahannya. ***
Eko Setyawan, lahir dan menetap di Karanganyar, Jawa Tengah. Kuliah di Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Sebelas Maret. Buku kumpulan puisinya berjudul Merindukan Kepulangan (Bebuku, 2017). Bergiat di Komunitas Sastra Senjanara dan Komunitas Kamar Kata Karanganyar. Karya fiksinya juga pernah tayang, tersebar di berbagai media baik cetak maupun online.
Redaksi menerima kiriman cerpen. Tema bebas yang pasti tidak SARA. Naskah cerpen orisinil, belum pernah tayang di media lain dan juga belum pernah dimuat di buku. Kirimkan karya beserta biodata dan nomor ponsel ke editorcendana@gmail.com Disediakan honorarium bagi karya yang ditayangkan