Ihwal Yao Min dan Gagak Air Terjun Lamuran

CERPEN EKO SETYAWAN

JIKA saja segala hal di dunia ini bisa ditebak atau bisa dikehendaki sesuai dengan keinginan, maka sudah pasti sifat serakah manusia akan terlihat jelas. Serupa air terjun yang menghunjam dasar sungai, maka segalanya akan berjalan begitu tergesa dan tentu saja akan menyebabkan tanda yang begitu khas.

Yakni lubang yang teramat dalam serta buih-buih yang bergerombol dan meletup seketika. Sifat manusia yang semena-mena itu akan tampak jelas. Manusia keras kepala dan ingin menang sendiri.

Tetapi sebelum segalanya terjadi, gagak-gagak akan datang. Menghentikan dan memperingatkan manusia. Begitulah yang terjadi. Hewan bersayap yang berwarna hitam serupa jelaga itu akan menjaga sifat manusia dari pengaruh buruk dan tindakan-tindakan tercela.

Mungkin kau tak akan percaya jika gagak-gagak itu yang akan mengingatkan segala keserakahan manusia. Sebab, burung gagak selalu identik dengan kekelaman, begitulah pikiran-pikiran yang selalu ditanamkan orang tua kita.

Sungguh cerita murahan yang mereka bangun karena kebencian mereka pada suara-suara gagak.

Aku akan memulai cerita perihal gagak-gagak di air terjun Lamuran. Simak dengan seksama agar kau tak lagi membenci burung yang teramat baik itu, juga kau tak serakah seperti manusia yang lain.

Simaklah dengan seksama dan dalam tempo yang sekhusyuk-khuyuknya:
Negara ini sedang tidak baik-baik saja. Setelah bertahun-tahun merdeka, negara ini kembali gempar. Peperangan terus berlangsung tak henti-henti karena penjajah-penjajah tak lekas pergi.

Alasannya jelas, mereka tak rela meninggalkan negara yang amat makmur ini. Yao Min, seorang keturunan kerajaan yang berdiri di tanah Lampung, atau nama sebenarnya adalah Yahmin, seorang keturunan perpaduan Jawa dan Lampung.

Lihat juga...