Semakin ia berjalan air itu terlihat semakin luas. Ada aliran sungai yang cukup deras. Sungai yang ainya bening itu cukup lebar. Yao Min melihat air terjun. Tetapi untuk mencapainya, Yao Min terhalang tebing yang agak curam.
Dengan sisa tenaganya, tak mungkin ia bisa sampai di pinggir sungai. Ia hanya mampu mencapai tubir jurang yang tingginya tak seberapa.
Dalam kegembiraannya karena telah menemukan sumber air, Yao Min bergegas mencari piranti yang bisa digunakannya untuk mengambil air tanpa harus menuruni curamnya tebing.
Lantas kepalanya berpikir. Apa yang bisa digunakannya untuk mengambil air. Padahal di sekelilingnya hanya ada pepohonan dan ranting-ranting dengan daun yang meranggas.
Akhirnya ilham turun dari langit, hinggap di kepala Yao Min. Ia mematahkan ranting pohon yang ada dekat dengan dirinya. Lalu ia mencabut rerimbunan rumput yang sudah mulai berwarna kekuningan di sekitarnya lantas mengikatnya di ranting.
Ia berpikir meskipun ranting itu tak bisa berfungsi sebagai gayung, tetapi dengan adanya ikatan rumput, paling tidak ia bisa menyesap air dari rumput-rumput yang ia celupkan ke air sungai dengan ranting itu. Benda yang digunakan Yao Min jadi seperti sapu ijuk.
Dalam percobaannya yang pertama, tangannya menjulurkan ranting ke sungai. Berhasil. Rumputnya tercelup. Ia yakin rumput itu menyerap air. Lalu ia menariknya secara berlahan. Tetapi ketika tarikannya hampir mencapai dirinya, segerombolan gagak-gagak yang menuntunnya ke tepi air terjun itu mengerubunginya.
Gagak-gagak itu mengganggu Yao Min. Mengeroyok tangannya dan mematuk jari-jarinya. Yao Min terperangah. Ia yang semula tak mempedulikan gagak-gagak yang menuntunnya sampai ke tempat itu kembali menyadari keberadaan mereka setelah ia acuhkan. Alhasil, ranting yang digenggamnya terlepas dan jatuh ke air terjun.