Ibu, Kenapa Burung Dara Itu tak Terbang?

CERPEN UMI SALAMAH

Alasan itu yang membuat Keira marah. Dia menyalahkan ibunya yang seakan menyalurkan dukanya pada anak-anaknya. Keira menganggap ibunya ingin anak-anaknya seperti dirinya. Kesepian karena kehilangan mimpi.

Keira bertengkar hebat dengan ibunya yang berujung kepergiannya. Saat itu, ibunya memasukkannya ke universitas ekonomi. Bahkan telah memilihkan calon pendamping hidup. Keira muak dengan sikap ibunya. Dia memutuskan untuk pergi dari rumah.

Sejak saat itu, Keira hidup mandiri di negeri orang. Bekerja paruh waktu sembari kuliah. Setelah menamatkan kuliahnya, dia juga bekerja di sana. Tidak terbersit dalam pikirannya untuk kembali pulang. Hingga enam bulan terakhir, kakaknya mengabarkan perihal kesehatan ibu yang menurun. Ibu divonis mengidap kanker paru-paru.

“Ibu sakit karena terlalu keras memikirkanmu. Kau tidak ingin pulang?” tanya Hendra suatu hari.

Kata-kata itu menusuk kalbu Keira. Dia tidak mau pulang karena mimpinya. Jika dia pulang, itu artinya dia harus menyerahkan mimpi yang selama ini diperjuangkan.

“Tapi benarkah Ibu menyesali perbuatannya?” gumam Keira.

Keira mengusik kegundahannya. Dia keluar dari kamar. Menghampiri kamar ibunya yang berada di samping kamarnya. Di dalam kamar inilah, dia melihat jati diri ibunya. Kamar ini mengungkapkan kecintaan ibunya akan seni pahat. Kamar ini penuh dengan pahatan patung buatan ibunya. Semua patung di sini adalah patung burung. Didominasi oleh burung garuda.

Keira menyusuri setiap pahatan patung. Dirinya berlabuh pada pahatan patung burung dara. Inilah patung yang sangat istimewa bagi ibunya. Patung yang dipahat dari permintaan neneknya. Keira memperhatikan setiap detail pahatan patung ini.

Lihat juga...