Supersemar Bukan Kudeta
OLEH EKO ISMADI
Menurut saya, Supersemar identik dengan corak kebangsaan Indonesia dan membangun keharmonisan. Karena keberadaan supersemar mampu memberikan pola dasar pemikiran kebangsaan bagi indonesia yang lebih baik.
Indonesia bisa aman, sejahtera, kokoh, kuat, serta disegani oleh bangsa di belahan bumi manapun. Tidak hanya sebatas regional, melainkan juga di kawasan Asia Pasifik.
Setelah Supersemar dijalankan, bangsa Indonesia justru meningkat kesejahteraannya. Silakan lihat lembaran sejarah nasionalisme Indonesia, bagaimana kondisi bangsa Indonesia ketika pemerintahan Soekarno didominasi oleh PKI. Gara-gara tingkah busuk PKI, konflik begitu menjamur di masyarakat, permasalahan kehidupan keimanan pun menjadi bagian sehari-hari.
Saat itu, TNI tidak fokus pada tugas, tetapi lebih fokus pada permasalahan Fitnah dan adu domba. Saat itu Jenderal AH. Nasution menyatakan, ”Setelah G30S/PKI gagal, bukan berarti kesulitan yang dihadapi bangsa indonesia selesai. TNI masih terus merasakan kesulitan atas fitnah dan adu domba, serta berita simpang siur yang tidak diketahui mana benarnya.”
Supersemar telah membuat Negara Indonesia aman. Sebab, lahirnya supersemar dan peranan Soeharto, yaitu untuk menciptakan keamanan bagi Bangsa Indonesia. Bukan untuk merebut kekuasaan atau memenuhi hasrat dan hawa nafsu untuk berkuasa. Sama sekali tidak ingin menggantikan Soekarno sebagai Presiden. Bagi saya, mereka yang tidak suka dengan Supersemar adalah pendukung PKI dan komunisme!
Begitu tolol ketika ada yang mengatakan, Supersemar adalah kudeta atau bagian dari usaha kudeta. Sesuai dengan fakta sejarah, Supersemar tidak ada hubungannya dengan pergantian kepemimpinan nasional. Menulis sejarah Supersemar, saya kira tidak perlu menjelekan Pak Harto dan menyanjung Soekarno. Atau sebaliknya, justru menyanjung Soekarno dan menjelekkan Soeharto. Jauh lebih bijaksana kita membangun pemikiran yang ideal dalam membangun kebersamaan! ***