Siap Menjadi Bemper Bung Karno
Sebagai yang ditugasi oleh Bung Karno untuk memulihkan keamanan dan ketertiban pasca pemberontakan G30S/PKI, Pak Harto hampir setiap hari menghadapi demo yang menuntut Tritura — tiga tuntutan rakyat yakni; bubarkan PKI, turunkan harga, dan reshuffle kabinet.
Mengenai tuntutan pembubaran PKI, dalam biorafinya Pak Harto menyebut bahwa dia lebih dari sepuluh kali meminta kesediaan Bung Karno untuk membubarkan PKI, namun Bung Karno bergeming.
“Nasionalis, Agama dan Komunis, adalah wajah kekuatan bangsa Indonesia yang sudah saya tulis sejak tahun 1926,” tulis Bung Karno di buku Di Bawah Bendera Revolusi.
Dialog antara Bung Karno dengan Pak Harto tentang PKI harus dibubarkan, ditulis di biografi Pak Harto: “Har, saya ini sudah diakui sebagai pemimpin dunia. Sekarang saya harus membubarkan PKI, di mana Har, saya harus menyembunyikan muka saya.”
Dengan tenang dan hormat tetapi sungguh-sungguh saya menjawab, “Pak, kalau masalahnya untuk konsumsi dunia luar, gampang, jadikan saya bumper, saya yang akan membubarkan PKI, bukan Bapak.”
Saat negara dalam keadaan kritis pasca pemberontakan G30S/PKI, di mana legitimasi Presiden Soekarno didongkel oleh partai politik dan kelompok mahasiswa menghendaki dia mundur— dalam biografi Pak Harto, Bung Karno bertanya kepada Pak Harto: “Harto, jane aku iki arep kok apakake?” (Harto, sebenarnya aku ini akan kamu apakan?) Aku ini pemimpinmu.
Saya memberikan jawaban dengan satu ungkapan yang khas berakar pada latar belakang kehidupan saya. “Bapak Presiden”, jawab saya. “Saya ini anak petani miskin. Tetapi ayah saya setiap kali mengingatkan saya untuk selalu menghormati orang tua. Saya selalu diingatkan agar dapat mikul dhuwur mendhem jero (memikul setinggi-tingginya, memendam sedalam-dalamnya; menghormati) terhadap orang tua.