CONAKRY – Ratusan perusuh di kota pertambangan bauksit Guinea di Boke membakar sebuah gedung polisi dan gedung polisi militer pada Kamis (21/9/2017). Kejadian tersebut mengakibatkan terjadinya bentrok antara masa dengan aparat keamanan setempat.
Akibat bentrok yang terjadi, sebanyak 17 orang mengalami luka karena dipukuli dengan tongkat. “Bentrok dengan aparat yang membawa tongkat. 17 orang terluka,” ujar anggota Palang Merah Guinea Oumar Kalissa, Jumat (22/9/2017).
Kerusuhan disebabkan oleh kemarahan para pemuda setempat yang mengatakan penambangan bauksit telah menimbulkan polusi dan kebisingan. Namun aktivitas yang dikeluhkan tersebut tidak memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.
Bahkan layanan seperti air dan listrik juga tidak tersedia dengan baik di wilayah tersebut. Meski pertambangan telah terjadi selama puluhan tahun, Guinea yang merupakan produsen bauksit terbaik di Afrika, tetap menjadi salah satu negara paling tidak berkembang di dunia.
Demontrasi yang terjadi tersebut telah melumpuhkan Boke selama hampir seminggu terakhir. Namun demikian, otoritas Guinea berhasil menghindari pertumpahan darah pada hari-hari sebelumnya dengan berhenti menggunakan peluru hidup kepada para demonstran di lingkungan Boke di Kolabounyi.
Tambang di sekitar Boke menghasilkan sekitar 15 juta ton bijih aluminium untuk perusahaan tambang terbesar di Afrika Barat Societe Miniere de Boke (SMB) dan Companie Bauxite de Guinee (CBG). Namun pekerjaan mereka telah berulang kali dihentikan dalam seminggu terakhir dan saat ini masih diblokir oleh demonstran.
Negara Guinea dan sisanya oleh Alcoa, Rio Tinto Alcan dan Dadco memiliki 49 persen saham CBG. SMB dimiliki oleh Guinea, serta milik China yakni Winning Shipping, Shandong Weiqiao dan UMS International.