Papat Yunisal Ratu Sepak Bola Nasional Asal Jawa Barat

MINGGU, 21 FEBRUARI 2016
Jurnalis: Rianto Nudiansyah / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Rianto Nudiansyah

SUARA PEREMPUAN—Menyukai sepakbola tak ada sangkut pautnya dengan gender. Lelaki maupun perempuan juga menggemari olahraga ‘Si Kulit Bundar’ ini. Tapi berbeda dengan pria, minat wanita untuk menjadi pemain sepak bola di Indonesia terbilang jarang. Sekalipun ada, jenjang kariernya cenderung lebih pendek.


Namun ada seorang wanita yang separuh hidupnya berkutat di olahraga yang konon terpopuler di Indonesia ini. 
Adalah Papat Yunisal, yang hingga umur 53 tahun  masih mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan sepak bola domestik. Bahkan diantara rekan-rekannya di Tim Nasional epakbola putri era 80-an, boleh dibilang tinggal Papat Yunisal yang masih setia dengan sepakbola.
Keseriusannya terhadap sepakbola nasional memang tak dapat diragukan. Wanita asal Subang Jawa Barat ini sudah memegang lisensi kepelatihan C AFC.  Bahkan, ia menjadi tenaga ahli di PSSI pusat yang membawahi 33 provinsi. 
Tak cukup sampai disitu, Papat juga kini berstatus sebagai dosen di STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Pasundan, Cimahi untuk mata kuliah sepakbola Putra dan Putri. Juga menjadi kepala sekolah di SSB (Sekolah Sepak Bola) Queen, yang membidangi pemain sepakbola putri andal.
“Sekarang saya lagi menyelesaikan penelitian evaluasi program sepakbola wanita di indonesia, karena saya juga lagi ngejar S3 di UNJ (Universitas Negeri Jakarta),” ungkap Papat kepada Cendananews, Minggu (21/2/2016).
Papat pun tak menampik, memang karier pesepakbola putri lebih singkat. Apabila pemain pria sedang on-fire di usia 25 tahun, sementara karier pemain putri justru redup, karena sudah fokus mengurus suami maupun anak.
“Karena keterbatasan misalnya suami tak mendukung,” ujar mantan Kepala Pelatih Timnas putri senior pada tahun 2010 lalu ini.
Untung saja, karir Papat didukung penuh oleh sang suami yang juga legenda sepakbola Indonesia periode 80-an, Zulkarnaen Lubis.
Ia tak menampik, dewasa ini sepakbola wanita kurang populer dibandingkan sepakbola pria. Hal ini yang membuat kaum hawa kurang meminati olahraga ini.
Kata Papat, padahal di pertengahan dekade 70-an hingga akhir 80-an sepakbola putri Indonesia sempat jadi Macan Asia. Bahkan tim putri Jepang yang notabene langganan manggung di Piala Dunia Wanita saja pernah dikalahkan dengan skor 1-0, pada tahun 77 silam.
“Sejarah dan keberhasilan itu seharusnya disosialisasikan sebagai motivasi untuk sepakbola di Indonesia, terutama sepakbola wanita,” pungkas Papat.
Lihat juga...