Secara ekonomi, dampak pembangunan terowongan ini sangat besar dan multidimensional. Berbagai studi transportasi menunjukkan integrasi moda darat berkapasitas tinggi menurunkan biaya logistik hingga 25–30%. Mempercepat waktu pengiriman 30–40%. Mengurangi kemacetan pelabuhan dan ketergantungan pada sistem penyeberangan konvensional. Infrastruktur terowongan bawah laut berpotensi menurunkan beban biaya logistik. Mendekatkan Indonesia pada target efisiensi nasional.
Terowongan ini akan mempercepat arus barang antara pusat-pusat ekonomi terbesar di Indonesia. Sumatra – Jawa – Bali. Secara kolektif menyumbang 82–85% dari total PDB nasional. Pulau Jawa berkontribusi 58–60%, Sumatra 21–23%, dan Bali 1,5–2% terhadap ekonomi nasional. Terowongan bawah laut akan menjaadi tulang punggung distribusi nasional.
Integrasi transportasi ini diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan PDB regional sebesar 1–2,5% per tahun. Meningkatkan pertumbuhan PDB nasional sekitar 0,5–1% per tahun. Setelah sistem beroperasi stabil.
Jika program MBG yang bernilai ratusan triliun rupiah dapat dilaksanakan, maka pembangunan terowongan rel kereta bawah laut di Selat Sunda dan Selat Bali bukan sekadar impian. Melainkan langkah strategis yang logis, terukur, dan feasible.
Proyek ini tidak hanya memperkuat konektivitas geografis Indonesia. Tetapi juga memperbaiki struktur biaya logistik nasional, meningkatkan daya saing ekonomi, dan memperkuat pertumbuhan produktivitas lintas sektor.
Indonesia saatnya memandang dirinya bukan sebagai negara kepulauan yang terpisah-pisah. Melainkan sebagai satu kekuatan ekonomi terpadu yang dihubungkan oleh jaringan rel bawah laut modern, efisien, dan tahan bencana.