MBG Bisa, Terowongan Rel Bawah Laut Selat Sunda dan Bali Mestinya Bisa

Anggaran sebesar itu dapat dimobilisasi untuk program sosial yang manfaatnya bersifat jangka menengah. Maka pembangunan terowongan rel kereta bawah laut di Selat Sunda dan Selat Bali—yang merupakan infrastruktur strategis nasional dengan dampak ekonomi jangka panjang— mestinya juga bisa diwujudkan. Melalui pendekatan fiskal dan pembiayaan multi-tahun (multi-years).

Secara teknis, proyek tersebut sangat layak dilaksanakan. Memiliki preseden nyata di dunia sebagai bukti keberhasilan teknologi terowongan bawah laut. Channel Tunnel menghubungkan Inggris dan Prancis memiliki panjang sekitar 50,5 km di bawah laut. Dibangun dengan biaya £9,5 miliar pada nilai saat itu. Setara USD 20–25 miliar pada nilai saat ini.

Terowongan ini telah beroperasi lebih dari tiga dekade. Secara rutin mengangkut puluhan juta penumpang, jutaan kendaraan, serta logistik lintas negara dalam skala besar.

Contoh lain seperti Terowongan Seikan di Jepang dan Gotthard Base Tunnel di Swiss. Menunjukkan terowongan panjang dapat dirancang aman, berkapasitas besar, dan beroperasi stabil. Bahkan di wilayah dengan kondisi geologi kompleks.

Pembangunan terowongan rel kereta bawah laut di Indonesia potesi dilakukan dalam dua segmen utama. Selat Sunda dengan panjang sekitar 30 km. Selat Bali sekitar 3 km. Berdasarkan perbandingan biaya proyek global, biaya terowongan bawah laut modern berkisar USD 250–400 juta per kilometer. Tergantung kondisi geologi, kedalaman, dan kompleksitas keselamatan.

Berdasar acuan data tersebut, estimasi biaya pembangunan terowongan Selat Sunda sebesar Rp 250–280 triliun. Terowongan Selat Bali sekitar Rp 90–110 triliun. Termasuk sistem rel, sinyal, ventilasi, keselamatan, stasiun bawah tanah. Total kebutuhan investasi keduanya sebesar Rp 340–360 triliun.

Lihat juga...