HR Imam Al-Bukhari (Shahih Bukhari no. 6094) dan Imam Muslim (Shahih Muslim no. 2607), Rasulullah ﷺ menegaskan kejujuran membawa kepada kebaikan dan surga. Sedangkan kebohongan membawa kepada kejahatan dan neraka. Ancaman lebih keras digambarkan dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari (Shahih Bukhari no. 7047). Azab bagi orang yang berdusta dan menyebarkan kedustaannya hingga menjangkau banyak orang.
Rasulullah ﷺ menyebut kebohongan sebagai salah satu tanda kemunafikan: HR Imam Al-Bukhari (Shahih Bukhari no. 33) dan Imam Muslim (Shahih Muslim no. 59). Larangan menyakiti orang lain dengan lisan ditegaskan HR Imam Muslim (Shahih Muslim no. 2564). Bahwa seorang muslim sejati adalah mereka yang orang lain selamat dari lisan dan tangannya.
Melalui rujukan Al-Qur’an dan hadits shahih, Islam menolak hoaks dan kebohongan dalam bentuk apa pun. Baik sebagai perilaku individu maupun sebagai fondasi peradaban.
Peradaban Islam hanya mungkin berdiri di atas iman, ilmu, dan kejujuran. Ketika kebohongan dijadikan sistem dan budaya, peradaban itu kehilangan legitimasi moral dan spiritualnya. Di era digital, komitmen terhadap kebenaran bukan hanya tuntutan etika sosial. Tetapi kewajiban akidah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Islam bukan hanya menolak hoaks sebagai perilaku individu. Tetapi menolak peradaban hoaks secara total. Penolakan ini bersifat prinsipil dan normatif. Islam memandang informasi sebagai amanah yang menentukan keselamatan akal, jiwa, dan tatanan sosial manusia.
Jakarta, ARS (rohmanfth@gmail.com).