Gaza: Paradoks Aksi

Kelima, Fenomena Distrust Spiral (Spiral Ketidakpercayaan). Ada basis krisis kepercayaan lama antara sebagian kelompok umat dengan pemerintah. Apapun yang dilakukan pemerintah—baik atau buruk—akan dipelintir sebagai salah. Solidaritas Gaza hanya jadi “trigger” untuk menyalakan kembali sentimen anti-pemerintah.

Bisa saja paradoks aksi Gaza juga merupakan kombinasi fenomena: Politik Identitas, keterputusan narasi dan distrust structural.

Politik identitas: solidaritas keumatan dijadikan alat politik. Bahwa kepedulian terhadap Palestina selama ini syarat muatan politisasi oleh sebagia tokoh ummat. Keterputusan narasi: pemerintah gagal meyakinkan publik bahwa aksi ini murni kemanusiaan, bukan pencitraan. Distrust structural: ketidakpercayaan terhadap pemerintah yang berlangsung lama. Membuat apapun langkah pemerintah dipelintir.

Singkat kata, paradok aksi Gaza (apatisme terhadap langkah pemeritah di Gaza) adalah fenomena politisasi solidaritas + spiral ketidakpercayaan. Bisa diduga selama ini isu Palestina dipakai sebagian pihak sebagai panggung domestik. Bukan semata kepedulian internasional. Ketika peran diambil pemerintah, mereka tidak memiliki panggung lagi.

Apapun kemungkinannya, langkah pemerintah di Gaza perlu kita dukung. Merupakan amanat UUD 1945: “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Jumlah korban anak-anak dan wanita sudah cukup alasan bahwa setiap manusia tidak boleh diam soal Gaza.

 

 

Lihat juga...