Ketiga, inkonsistensi penerapanya di dalam negeri. Sperti masih maraknya kasus korupsi. Keempat, diskursus publik masih didominasi idiologi yang sudah mapan. Seperti kapitalisme, liberalisme. Kelima, belum adanya, ekosistem pemikiran filsafat Pancasila secara internasional. Akademisi Indonesia masih lebih terhinoptis pemikiran barat. Keenam, tantangan perlunya reformulasi Pancasila dalam bahasa universal sehingga mudah dipahami masyarakat global.
Jika Pancasila bisa diarusutama sebagai idiologi alternatif global, maka ia akan menjadi soft power secara geopolitik. Indonesia manjadi model negara muslim moderat. Menjadi aternatif bagi masyarakat atau bangsa yang jenuh dengan idiologi lama. Indonesia akan menjadi perekat bagi global south. Bisa diterima dan mampu komunikasi dua arah. Komunitas muslim global, sekaligus negara-negara di luarnya.
- ARS – Jakarta (rohmanfth@gmail.com)