Pancasila: Jejak Madinah – Solusi Peradaban Global?

 

Pancasila memiliki kesamaan prinsip dengan Piagam Madinah. Para perumus Pancasila masyoritas tokoh muslim berwawasan luas. Maka benang merah itu tampak sekali antara Pancasila dan Piagam Madinah. Kesamaan itu, prinsip tauhid /transendensi (sila1), nilai kemanusiaan universal (sila 2), persatuan dan kohesi sosial (sila 3), prinsip deliberatif dan musyawarah dalam pengambilan keputusan public (sila 4), keadilan sosial dan tanggung jawab kolektif (sila 5).

Kelima prinsip Pancasila itu mengandung nilai-nilai universal dan bisa diterima semua ummat manusia. Sila 1: Pengakuan atas spiritualitas, tapi menghormati pluralitas agama. Sila 2: Universal human rights & penghormatan-perlindungan martabat manusia. Sila 3: kebangsaan inklusif, bukan eklusif. Sila 4: demokrasi deliberatif, bukan tirani mayoritas. Sila 5: distribusi kekayaan dan kesejahteraan kolektif.

Pancasila menjembatani seularisme dan religiustas. Menjunjung persatuan dalam keragaman (unity in diversity). Menawarkan etika sosial alternatif dari kapitalisme liar (menekankan hak individu dan tanggung jawab sosial). Pancasila juga teruji menjaga keutuhan Indonesia yang sangat majemuk.

Untuk menjadi alternatif idiologi global, Pancasila dihadapkan sejumlah tantangan. Pertama, terlalu lokal sentris atau Indonesia sentris. Nilai-nilai Pancasila bersifat universal, akan tetapi ekspresinya terlau lokal: dengan istilah “gotong royong”, “musyawarah”, “Ketuhanan Yang Maha Esa”.  Perlu kerja filosofis dan linguistik untuk menerjemahkan Pancasila ke dalam bahasa internasional tanpa kehilangan makna aslinya.

Kedua, Indonesia belum menjadikan Pancasils sebagai “public diplomacy narrative” dalam forum internasional. Belum ada upaya sistematis dari Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai model ideologi dunia.

Lihat juga...