Pancasila: Jejak Madinah – Solusi Peradaban Global?

Ketiadaan Nilai Bersama (Shared Global Values): fragmentasi nilai global, mandulnya lembaga multilateral. Contoh fragmentasi: dunia semakin terbelah antara ideologi liberal, sosialisme, fundamentalisme agama, dan nasionalisme populis. tidak ada konsensus global tentang hal-hal dasar seperti hak asasi manusia, gender, atau kebebasan berekspresi. Kasus genosida Palestina mencerminkan ketidaan nilai bersama itu. Ketika negara-negara barat menerapkan standar ganda atas anak-anak Gaza.

Mandulnya lembaga multilateral: PBB, WHO, IMF, dan WTO sering gagal menyatukan negara-negara besar karena konflik kepentingan geopolitik. Seperti kegagalan Dewan Keamanan PBB menyelesaikan konflik di Suriah, Palestina, dan Ukraina karena veto negara-negara adidaya.

 

Itulah gambaran peradaban dunia sedang melapuk. Sedang membusuk. Ideologi dominan seperti liberalisme dan kapitalisme menghasilkan kesenjangan sosial, individualisme ekstrem, dan degradasi lingkungan. Sosialisme-komunisme sebagai sistem politik totaliter menekan kebebasan individu. Menjadi penjara harkat martabat kemanusiaan. Bangkitnya fundamentalisme agama dan nasionalisme sempit memperuncing konflik identitas dan kekerasan. Tidak kuatnya narasi etika global yang inklusif, adil, dan mampu mengikat perbedaan. Dunia perlu idiologi alternatif.

Apa hubunganya dengan Pancasila?.  Apa Pancasila mampu menjadi alternatif etika global, yang inklusif, adil dan mengikat perbedaan.

Sering diungkapkan cendekiawan muslim Indonesia. Dr. Nurcholis Madjid, Pancasila merupakan eloborasi piagam/peradaban Madinah. Satu sistem sosial kemasyarakatan kebangsaan berdimensi ilahiah yang diterapkan Rasulullah Muhammad Saw. Prisip-prinsip itu bersifat transendesi, juga humanistik. Sesuai fitrah setiap manusia.

Lihat juga...