Prinsip-Prinsip Peradaban Islam

Hadits menyatakan: “Ingatlah, sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad), “Sesungguhnya Allah menyukai yang lemah lembut.” (HR. Muslim), “Tidak ada seorangpun yang tidak diberi kebaikan kecuali yang tidak menyayanginya.” (HR. Ahmad), “Amal itu tergantung pada niat.” (HR. Bukhari & Muslim), “Perbuatan yang diterima hanya yang ikhlas.” (HR. Ahmad & Ibn Habban).

Prinsip keenam: Syura (musyawarah). Ada proses dialektika dalam pengelolaan urusan publik. Tidak ada otoritarianisme.

Al Quran menyatakan: “Dan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah…” (QS Asy‑Syûrah 42:38), “Dan katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya dan orang‑orang mukmin akan melihat pekerjaanmu…'” (QS At‑Tawbah 9:105), “Maka putuskanlah perkara mereka dengan adil…” (QS Al‑Mâ’idah 5:42), “Dan jika kamu tidak bisa, maka peliharalah ketakwaan kepada Allah…” (QS Al‑Imrân 3:159) – selepas musyawarah, “Berpeganglah kamu kepada tali Allah secara keseluruhan dan jangan bercerai-berai.” (QS Ali Imrân 3:103).

Hadits menyatakan: “Barangsiapa yang disekelilingnya diambil keputusannya tanpa musyawarah, maka dosanya atas pemimpin dan atas yang diam.” (HR. Abu Dawud), “Seorang pemimpin adalah wali dan akan diminta pertanggungjawaban…” (HR. Muslim), “Aku berpesan kepada kalian dengan syura…” (periwayatan umum Sunnah), “Tidak halal keputusan tanpa suara terbanyak.” (HR. Baihaqi), “Belilah hikmah meskipun dari negeri jauh.” (HR. Ibnu Majah) — sebagai bentuk eksplorasi musyawarah ilmiah.

Prinsip ketujuh adalah penyucian jiwa. Bahwa Pembangunan peradaban memerluka jiwa-jiwa yang bersih.

Lihat juga...