Pendidikan Idiologi Negara: Indonesia dan Negara-Negara Besar

Transformasi Pancasila sepanjang sejarah Indonesia merdeka mengandung kelemahan fundamental. Ia belum dirumuskan sebagai transformasi konsepsi pembangunan peradaban. Melainkan penggalan-penggalan nilai moral dari Pancasila. Belum konsepsi utuh skala peradaban. Maka perlu ditingkatkan lagi metode transformasi Pancasila hingga mampu membentuk visi pembangunan peradaban bagi segenap masyarakat.

Bukan hanya Indonesia. Bangsa-bangsa besar juga mentransformasikan idiologi bangsa kepada segenap warganegaranya. Ideologi bangsa memiliki peran fundamental dalam membentuk, menjaga, dan mengarahkan peradaban suatu bangsa.

Manfaat idiologi secara teoritik diantaranya: Functionalism (Talcott Parsons) – ideologi memberi kerangka nilai untuk mengatur sistem sosial. Nationalism Theory (Ernest Renan, Benedict Anderson) – bangsa adalah komunitas imajiner yang dipersatukan oleh nilai bersama. Cultural Transmission (Emile Durkheim) – nilai-nilai diwariskan lewat institusi sosial. Constitutionalism – ideologi mendasari pembuatan konstitusi dan sistem hukum negara. Historical Materialism (Marx) vs Cultural Continuity Theory – ideologi mengikat sejarah dan arah peradaban. Post-colonial Theory (Edward Said) – ideologi lokal menjadi alat perlawanan terhadap hegemoni asing. Ideological Innovation (Antonio Gramsci) – ideologi dapat menjadi kekuatan perubahan (hegemoni kultural).

Amerika Serikat mengajarkan Civic Education / American Government / Patriotic Education. Idiologi yang ditanamkan: demokrasi liberal, nasionalisme konstitusional. Metode yang digunakan: Pembelajaran Konstitusi, “Pledge of Allegiance” (sumah kesetiaan, semacam Sumpah Pemuda di Indonesia), Fourth of July celebration. RRC mengajarkan “Moral and Ideological Education”. Idiologi yang ditanamkan: “Sosialisme dengan karakteristik Tiongkok”, “loyalitas pada Partai Komunis Cina”. Metode transformasi: “buku teks ideologi Xi Jinping”, lagu kebangsaan di sekolah, pelatihan partai.

Lihat juga...