Permasalahannya bukankah selama ini isu ijazah sudah lama mencuat. Isu itu tidak mampu memutus trust jutaan rakyat itu kepadanya?. Soliditas pendukungnya justru semakin kuat. Semakin terkonsolidasi.
Kedua, sebagai efek jera. Agar pada masa yang akan datang tidak ada yang berani manipulasi dalam kontestasi politik. Narasi itu tentu bagi yang bisa dibuat percaya bahwa ijazah Presiden Ke-7 Jokowi itu memang palsu. Problemnya adalah adanya tembok pembuktian. Ijazah palsu itu masih duga-duga. UGM menyatakan ijazahnya asli. Belum ada pengadilan memutus ijazah Jokowi benar-benar palsu.
Ketiga, pengalihan isu. Kasus ijazah palsu itu menjadi trending berminggu-minggu. Bahkan tahunan. Mengalihkan concern publik pada kasus-kasus besar. Kasus Hasto, mantan Sekjen PDIP yang sedang disidangkan, menjadi tidak memperoleh pencermatan publik. Janji hendak membongkar kasus-kasus pejabat elit menjadi tidak nyaring lagi.
Tudingan ijazah palsu Jokowi juga mengalihkan perhatian atas potensi kesalahan rezim partai penguasa satu dekade terakhir. PDIP. Semua kesalahan dibebankan pada kasus ijazah palsu Jokwi. Kasus yang tidak kunjung bisa dibuktikan. Atau mungkin sudah diketahui memang tidak bisa dibuktikan. UGM sudah menyatakan Jokowi lulus dari PT itu.
Anehnya tudingan kuat atas ijazah palsu dilakukan oleh Team Pembela Ummat. Sekelompok gerakan yang dikenali sebagi pendukung die hard Anies Baswedan. Secara tidak langsung gerakan ini menutupi kesalahan PDIP selama 10 tahun terakhir. Bahkan kesalahan-kesalahan sejak reformasi. PDIP berhasil “nabok nyilih tangan”. Menampar Jokowi dengan meminjam kekuatan lain.