Presiden Prabowo dan Politik Anti Kuyo-Kuyo?

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 23/02/2025

 

Kuyo-kuyo”. “O-nya dibaca seperti “o”-nya, “ompong”, “potong”, “kosong”. Merupakan frase dalam bahasa Jawa. Biasanya digunakan dengan kata depan “di”. Seperti kalimat: “ojo di kuyo-kuyo”. Bahasa Indonesianya: “jangan di kuyo-kuyo”.

Artinya?.

Direndahkan, dipermalukan, dinistakan, dimenderitakan, disakiti, diposisikan tidak sepantasnya secara terus menerus. Setara dengan makna “di bully” pada bahasa yang lazim kita pakai saat ini. Jika diganti kata depan “me”, “menguyo-uyo”. Artinya: merendahkan, membuat malu, menistakan, memenderitakan, menyakiti, memperlakukan tidak pantas secara terus menerus, dan seterusnya.

Kuyo-kuyo” merujuk perlakuan direndahkan secara tidak proporsional. Bahkan mungkin orangnya memang salah. Akan tetapi derajad kesalahannya masih bisa dimaklumi. Tidak semestinya diperlakukan tidak pantas secara terus menerus.

Politik kuyo-kuyo” bisa diartikan sebagai perilaku politik dengan cara merendahan, menistakan, memperlakukan tidak pantas. Merendahkan secara berlebih-lebihan. Meremehkan orang lain. Dan makna sejenis. Itu barangkali menjelaskan makna slogan “hidup Jokowi” yang diteriakkan Presiden Prabowo pada HUT Gerindra ke-17. Bahkan keluar kata-kata “Ndasmu”.

Merupakan kontra narasi dari perilaku “kuyo-kuyo” terhadap orang lain. Ialah perilaku kebiasaan merendahkan orang lain di depan publik secara berlebihan. Memperlakukan orang secara tidak proporsional. Maka politik “kuyo-kuyo” itu dilawan dengan kontra narasi. Berupa yel-yel dukungan terhadap orang yang direndahkan itu. “Hidup Jokowi”. Kemudian ditambah kata-kata kasar kepada pelaku politik kuyo-kuyo itu. “Ndasmu”.

Lihat juga...