Aidit, Soekarno, dan Pemimpin Palsu Beristri Lima

Faktanya, tanggal 1 Oktober 1965 kabinet Presiden Soekarno diganti Dewan Revolusi oleh Aidit. Menggunakan boneka kolonel Untung.  Presiden Soekarno didemisionerkan. Ditendang keluar kabinet.

Salah satu strategi PKI menjelang hari H G30S adalah mempergencar propaganda publik. Dilakukan Aidit dan anggota CC Politbiro melalui ceramah dan media massa. Untuk mengesankan momentum revolusioner telah sampai puncak. Agar para pelaksana inti gerakan, anggota PKI, maupun simpatisannya, tidak ragu-ragu bertindak.

Perebutan kekuasaan yang dilakukan PKI dibangun di atas “fatamorgana situasi revolusioner”. Berupa argumentasi dan justifikasi moral yang rapuh. Didasarkan dalil adanya Dewan Jenderal. Hendak kudeta presiden pada tanggal 5 Oktober 1965. Maka Dewan Jenderal harus didahului.

Argumentasi itu tidak didukung bukti kuat. Hanya intrik yang dibangun secara massif. Maka perlu didukung propaganda secara gencar. Bahwa situasi revolusioner sudah mencapai puncak.

Apel Dwikora 2-4-1965. Aidit menyatakan: “Manipol harus dibela dengan senjata dan tidak bisa dibela dengan tangan kosong”. Aidit mendorong aksi revolusioner massa rakyat.

HUT PKI ke-45:  23-5-1965.  Komando Aidit kepada massa PKI untuk meningkatkan “ofensif revolusioner sampai ke puncaknya”. Peringatan HUT Ke-45 dilaksanakan di Gelora Bung Karno Senayan. Sebuah penegasan PKI tahun 1965 merupakan kelanjutan PKI yang didirikan tahun 1920. Bagian tak terpisahkan dari Cominteren.

Mengomentari pidato kenegaraan Presiden Soekarno 17 Agustus 1965 buatan kader PKI Nyoto. Judulnya “Capailah Bintang-Bintang di Langit”. Salah satu isinya ancaman kepada para “Jenderal pethak”. Akan ditendang keluar jika mengacaukan Nasakom. Aidit mengapresiasi “ofensif revolusioner” yang sedang bangkit itu. Ia menekankan satu-satunya jalan mencapai tujuan adalah “melancarkan ofensif revolusioner di segala bidang”.

Lihat juga...