Sanjoto, Veteran Pemburu DN Aidit

Editor: Koko Triarko

SEMARANG – Di usia hampir 90 tahun, suara Kapten CPM (Purn) Sanjoto, tetap lantang dan jelas. Tidak hanya itu, ingatan pria kelahiran 17 November 1930 tersebut juga tidak pudar. Dirinya bahkan bisa bercerita dengan detail, tentang perjuangannya saat melawan penjajah kolonial Belanda, mengawal Jenderal Soedirman hingga saat memburu DN Aidit.

“Saya pernah mendapat perintah untuk mengawal dan mengamankan Panglima Besar Jenderal Soedirman, juga sebagai komandan gerilya. Itu saya kenang dan tidak bisa saya lupakan sampai sekarang,” paparnya, saat ditemui di sela peringatan HUT ke-75 TNI di markas Detasemen Polisi Militer (Denpom) IV/5 Semarang, Jalan Pemuda Semarang, Senin (5/10/2020).

Dipaparkan, meski tugas tersebut hanya sebentar, sekitar lima jam, namun pengawalan tersebut tidak bisa dilupakan.

“Saya masih ingat, waktu itu beliau bilang ke saya, ‘Sampaikan ke Komandanmu, terima kasih. Segera masuk kota’. Waktu itu panglima besar memberikan perintah tersebut ke saya,” jelasnya.

Sanjoto menjelaskan, dalam lima jam pengawalan tersebut, dirinya bersama rombongan harus melewati hutan dari wilayah desa Biting Kabupaten Wonogiri, hingga menyeberang ke wilayah Ponorogo.

“Saya berangkat jam 4 sore, pulang sekitar jam 8-9 malam. Dari sana sudah ada yang menjemput,” paparnya.

Tidak hanya itu, di masa era kemerdekaan, dirinya juga terlibat langsung memburu DN Aidit, pentolan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang paling bertanggung jawab atas peristiwa Gerakan 30 September 1965 ((G30S/PKI).

“Waktu itu, seminggu setelah meletusnya G30S/PKI, saya mendapat perintah dari komandan saya untuk mencari rumah di Peterongan, Kota Semarang. Rumah itu digunakan transit DN Aidit dari Jakarta. Saya langsung cari rumahnya, di situ bendera-bendera PKI itu banyak, tapi ternyata dia sudah pergi dua jam sebelumnya. Waduh saya ketinggalan,” jelas Sanjoto, yang saat itu sebagai anggota Intel Pomdam.

Lihat juga...