Aidit, Soekarno, dan Pemimpin Palsu Beristri Lima

Di depan sukarelawan Departemen Penerangan RI, 9-9-1965. Aidit menyatakan: “…kita berjuang untuk sesuatu yang pasti akan lahir. Kita kaum revolusioner adalah bagaikan bidan daripada bayi masyarakat baru itu. Sang bayi lahir dan kita kaum revolusioner menjaga supaya lahirnya baik, dan sang bayi cepat jadi besar”.

Tanggal 14-9-1965. Pernyataan Aidit di depan Anggota Sidang Dewan Nasional SOBSI dan diulas dalam Editorial Harian Rakjat (Koran PKI): “…yang paling penting sekarang ini, bagaimana kita memotong penyakit kanker dalam masyarakat kita, yaitu setan kota. Kalau revolusi mau tumbuh dengan subur, kita harus menyingkirkan kaum dinasti ekonomi atau kabir dan setan kota dari segenap aparatur politik dan ekonomi Negara”.

Tanggal 24-9-1965. Pernyataan Aidit di depan anggota Sarbubri (Serikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia): “…jangan hanya berjuang untuk satu ikan asin, tetapi berjuang juga naar de politieke macht. Jangan menjadi landasan, jadilah palu godam. Perjuangan Kabinet Nasakom dengan menteri-menteri yang kenal, dicintai dan didukung rakyat. Jangan seperti sekarang, mereka hanya hidup dari distribusi kewibawaan Bung Karno. Bila ini berhasil, kaum proletar tidak akan kehilangan sesuatu apapun kecuali belenggu mereka…”.

Tanggal 27-9-1965. Doktrin Aidit kepada Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI): Hati kita lebih dari lapar, kita tidak akan serahkan nasib kita kepada setan kota, kita akan ganyang dan kalahkan setan kota”.

Statemen Aidit soal pemimpin palsu beristri lima itu merupakan statemen publik terakhir sebelum G30S/PKI meletus. Apakah rangkaian-rangkaian statemen itu sinyal PKI akan segera mengakhiri koalisi sementaranya dengan kaum borjuasi nasilonal?. Kaum Nasionalis yang dipimpin Soekarno?

Lihat juga...