Sepasang Ayam yang Hilang

CERPEN SITI HAJAR

“Binatang ya tidak punya akal Bu, tidak mengerti ketertiban,”  sanggahnya setiap kali Bu Suwarni mengomel.

“Iya makanya dijaga ayam-ayamnya Bu, kurung saja biar tidak merepotkan orang,” jawab Bu Suwarni ketus.

“Itu hanya ayam Bu, tidak usah diperbesar masalahnya.”

Pertengkaran-pertengkaran kecil pun mulai terjadi. Segalanya semakin meruncing ketika akhirnya suami Bu Dawuh mulai ikut-ikutan membela istri dan ayam-ayam peliharaannya. Suaminya segera mengamuk membabi buta di rumah Bu Suwarni, memecahkan kaca bahkan memukul-mukul pintu rumah Bu Suwarni. Keluarga Bu Dawuh tidak terima Bu Suwarni memojokkan mereka hanya karena ulah ayam-ayam peliharaannya.

Kalau sudah begitu, Bu Suwarni sudah kehilangan kata-kata bahkan kesabaran. Ia, akhirnya segera melaporkan perkara ayam-ayam Bu Dawuh ke balai desa. Kasus pecah kaca karena ayam bukanlah perkara besar, namun, sering terjadi di desa.

Harga ayam yang tidak sebanding dengan harga kaca-kaca jendela, menjadi alasan yang cukup untuk menganggap kasus tersebut sebagai kasus yang sangat serius. Beberapa warga desa juga mengeluhkan hal yang sama.

Pak Kades sebagai pemimpin yang bijaksana, akhirnya memutuskan membuat peraturan kepada seluruh penduduk desa yang mempunyai ayam peliharaan untuk dikurung, agar tidak berkeliaran, apalagi sampai ke rumah tetangga.

Apabila ada kerusakan perkakas atau kaca rumah pecah oleh ayam lagi, Pak Kades mempersilakan pemilik rumah untuk memotong dan menjadikan lauk nasi ayam-ayam yang bandel itu.

Oleh karena itu, semua penduduk yang memilki ayam segera mengurung ayam-ayam mereka, supaya tidak berkeliaran dan merusak rumah orang. Sejak saat itu, tidak ada ayam-ayam berkeliaran. Semua ayam dikurung di kandang, kecuali ayam nenek Sarminah.

Lihat juga...