Setelah Kereta Melintasi Bendung Gerak Serayu

CERPEN MUFTI WIBOWO

Sementara itu, dia akan bermain dengan kucingnya. Seekor kucing betina dengan bulu kuning emas dengan aksen belang putih vertikal di badannya dan horizontal di keempat kaki dan ekornya.

Wajahnya lebih cantik, bulu-bulu berwarna kuning emas itu melingkari mata kirinya, sedangkan mata kanannya dikelilingi bulu-bulu berwarna putih. Wajahnya lebih menyerupai panda. Bentuk tubuhnya mengingatkan orang pada zebra.

Kinan dan kucingnya seperti kakak beradik yang menghabiskan waktu untuk membunuh kesepian. Mereka berkelakar, saling jahil, kejar-mengejar, dan bermusuhan sesekali.

Tingkah mereka otomatis akan berhenti saat ayah Kinanti yang menyukai keheningan muncul di selasar untuk mengisap beberapa batang kreteknya. Ayahnya akan tetap di sana hingga kopi di cangkirnya tandas.

Di usianya yang sepantaran dengan anak sekolah menengah pertama, dia hanya mendapat sebuah tanggung jawab ringan dariku, memberi makan kucing dan membersihkan kandangnya. Tugas itu kuberikan setelah dia bisa membersihkan diri di kamar mandi dan toilet lalu berpakaian tanpa bantuanku.
***
SEBELUM malam Kinan dipasung oleh orang-orang itu, mata air L mengering sebelum puncak musim kemarau tiba. Sungai-sungai menampakkan dasarnya yang berbatu-batu dengan kerak lumutnya yang mengelupas. Sawah-sawah padi menjadi tegal yang retak-retak seperti hati wanita yang kesetiannya dikhianati.

“Kamu yakin akan tetap tinggal di P?” tanya ayah Kinan kepada istrinya.

“Kinan tak bisa hidup tanpa aku, sedangkan kamu punya lebih banyak pilihan.”

“Aku hanya punya dua tiket kereta. Kita akan mencari surga yang pernah kita impikan.”

“Surgaku adalah Kinan.”

Lihat juga...