Masih Ada PR dalam Pengaplikasian Iradiasi di Industri Pangan

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Keunggulan dari penggunaan iradiasi ini, ungkapnya, adalah tidak adanya residu, daya tembus sangat tinggi sehingga kualitas sterilitas terjamin. suhu produk stabil sehingga kesegaran terjaga serta produk dapat langsung digunakan dan aman dikonsumsi.

“Teknologi ini memungkinkan untuk menjaga mutu dan kualitas pangan, baik yang berjenis basah seperti ikan, atau yang kering seperti serelia atau pangan steril hanya dengan menentukan dosis yang digunakan dalam proses iradiasi,” ucapnya.

Salah satu pemanfaatan pangan iradiasi adalah untuk menyediakan pangan siap saji bagi korban bencana.

“Dengan menggunakan teknologi iradiasi dan bekerja dengan lembaga yang terlibat langsung di area bencana, maka pangan iradiasi yang memiliki masa simpan panjang ini mampu hadir di remote area. Contohnya, saat bencana alam di Padang 2009, pangan iradiasi mampu hadir untuk memberikan asupan nutrisi bervariasi dengan cara yang mudah,” kata wanita purna bakti BATAN ini.

Atau saat bekerja sama dengan ACT untuk menyalurkan pangan iradiasi bagi korban gempa bumi di Nepal pada 2015.

“Implementasi teknologi iradiasi pangan ini sudah dilakukan oleh lebih 60 negara di dunia. Untuk menjadikan teknologi ini sebagai alternatif ketahanan pangan dan peningkatan nilai ekonomi, diperlukan komersialisasi yang lebih luas, sehingga biaya yang dikeluarkan akan bisa berkurang,” ujarnya.

Zubaidah menyatakan, biaya iradiasi pangan olahan pada dosis sedang adalah 0.08 Dollar Amerika per 100 gram produk. Untuk pangan olahan siap saji pada dosis tinggi, adalah 0.43 Dollar Amerika per 100 gram produk.

“Kalau dulu masyarakat, dalam hal ini pelaku UMKM memang masih ragu pada keamanan. Tapi kalau sekarang, mereka sudah teredukasi bahwa produknya aman hanya yang menjadi keberatan adalah harga iradiasi ini masih mahal karena fasilitas iradiator di Indonesia masih sangat sedikit jika dibandingkan kebutuhan yang ada,” tandasnya.

Lihat juga...