Mengenal Potensi Iradiasi dalam Peningkatan Ketahanan Pangan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Penggunaan teknologi iradiasi pangan sudah digunakan secara masif, karena melalui penelitian panjang, dinyatakan bahwa pengaplikasian teknologi ini memiliki tingkat keamanan dan keefektifan dalam peningkatan industri pangan.

Peneliti Ahli Madya Bidang Pangan Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Dr. Ir. Rindi Panca Tanhindarto, MSi, menjelaskan yang dimaksud dengan iradiasi pangan adalah penggunaan aplikasi radiasi untuk mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan serta membasmi mikroba dan organisme lain yang menimbulkan penyakit terbawa makanan.

“Jadi intinya adalah pengawetan makanan. Dimana pada kasus iradiasi ini akan menggunakan sumber energinya ada dua, yaitu pertama menggunakan radioisotope dengan Cobalt-60 atau Cesium 137 yang menghasilkan sinar Gamma dan kedua, dengan menggunakan mesin berkas elektron dan Sinar-X,” kata Rindi dalam seminar daring, Rabu (9/9/2020).

Dalam pelaksanaan iradiasi, Rindi menyebutkan bahwa penentuan dosis radiasi memiliki poin yang sangat penting.

“Maksudnya dosis radiasi ini adalah jumlah energi yang diserap ke dalam bahan. Yang akan mempengaruhi pada penghambatan proses pertunasan, menunda proses pematangan, disinfestasi serangga, membunuh parasit serta membunuh mikrooraganisma dan mikroba patogen,” urainya.

Perbandingan umbi yang diiradiasi (kiri) dengan yang tidak, yang disampaikan dalam seminar daring, Rabu (9/9/2020) – Foto: Ranny Supusepa

Ia mencontohkan, untuk menghambat pertunasan biasanya menggunakan dosis rendah pada produk bawang putih, bawang merah, kentang dan ketela.

Lihat juga...